Mahkota Binokasih Napak Tilas Ciamis, Bogor, dan Sumedang (3): Memutus Mitos Urang Sumedang Jangan ke Panjalu

15 Mei 2023, 19:28 WIB
Mahkota Binokasih diterima oleh Bupati Ciamis Herdiat Sunarya di Pendopo Kabupaten Ciamis, Jumat 12 Mei 2023. Selama napak tilas dua hari berada di Tatar Galuh, mahkota tersebut singgah di Astana Gede Kawali, Pendopo Pemkab Ciamis, dan Situ Lengkong Panjalu.*/kabar-priangan.com/Agus Pardianto /

KABAR PRIANGAN - Kedatangan Mahkota Binokasih di Kabupaten Ciamis untuk pertama kalinya sejak dibuat 500 tahun lalu di Kerajaan Galuh (kini Ciamis), Kamis-Jumat 11-12 Mei 2023, disambut antusias warga. Selama napak tilas dua hari berada di Tatar Galuh itu, mahkota tersebut singgah di tiga lokasi yakni Astana Gede Kawali, Pendopo Pemkab Ciamis, dan Situ Lengkong Panjalu.

Selanjutnya mahkota seberat 8 kg dengan balutan emas murni tersebut dibawa ke Kota Bogor. Setelah menginap satu hari di daerah yang dulunya Kerajaan Pakuan Pajajaran tersebut, keesokan harinya, Sabtu 13 Mei 2023, Mahkota Binokasih dibawa ke Kabupaten Sumedang (dulu Kerajaan Sumedang Larang) untuk disimpan lagi di wilayah tersebut.

Saat masih di Ciamis, kirab Mahkota Binokasih dari Kawali menuju Panjalu menggunakan berbagai kendaraan termasuk kendaraan pemerintah dan bus wisata Gatrik. Tiba di Panjalu, mahkota masuk Situ Lengkong. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis Budi Kurnia, SAg, MM, hal itu sekaligus untuk mengklarifikasi adanya mitos berupa pantangan orang Sumedang tak boleh masuk Panjalu.

Baca Juga: Hari Ini 24 Tahun Harian Umum Kabar Priangan: Inovasi, Teknologi, dan Digitalisasi

"Sekarang oleh urang Panjalu Ciamis, dimanggakeun pisan, urang Sumedang ulah ragu-ragu mangga sarumping ka Panjalu, tos dibageakeun ayeuna mah," kata Budi kepada kabar-priangan.com/ Harian Umum Kabar Priangan, Selasa 9 Mei 2023 malam.

Selama ini, lanjut Budi, ada mitos orang Sumedang jangan datang atau pamali pisan mengunjungi Panjalu karena akan celaka. Budi mengaku dirinya mempunyai teman warga Sumedang. "Abdi gaduh babaturan urang Sumedang teu wanieun ka Panjalu, sieun cilaka ceunah. Ia masih memegang kuat mitos tersebut," ucap alumni Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis tersebut.

Mahkota Binokasih saat berada di Kabupaten Ciamis.*/kabar-priangan.com/Endang SB

Ditanya apa latar belakang munculnya mitos tersebut, Budi menyebutkan ada banyak versi. Namun secara nalar dan logika bisa jadi itu ulah kolonial Belanda. Tujuannya untuk memecah-belah atau politik Devide et Impera Kerajaan Galuh dan Sumedang Larang karena dua kerajaan ini ikatan emosionalnya sangat dekat dan masih satu keturunan.

Baca Juga: Menyelami Makna Surah Al Ashr pada Perayaan HUT ke-24 Harian Umum Kabar Priangan

"Belanda membuat berbagai macam mitos di Indonesia, termasuk agar dua warga kerajaan yang masih bersaudara ini tak saling bertemu atau bersatu. Karena jika bersatu bisa menjadi kuat dan dikhawatirkan membahayakan Belanda," ujar Budi seraya menambahkan selama ini tak terdengar mitos sebaliknya yakni warga Panjalu atau Kabupaten Ciamis yang tak boleh berkunjung ke Sumedang.

Budi berharap dengan datangnya Mahkota Binokasih ke Panjalu, mitos tersebut hilang. "Karena mitologi tersebut sudah kuat dan sebagian warga masih banyak yang memegangnya, nah dengan dikirab dan didatangkannya Mahkota Binokasih ke Panjalu diharapkan mitos itu tak ada lagi. Sekarang sudah clear, disambungkeun, hayu babarengan da urang teh sakaturunan, sadulur keneh," kata Bdi.

Dalam hal kepariwisataan Ciamis, hilangnya mitos tersebut pun akan meningkatkan jumlah pengunjung dari Sumedang ke Situ Lengkong Panjalu. "Mudah-mudahan dengan datangnya Mahkota Binokasih ke Situ Lengkong secara industri pariwisata urang Sumedang semakin sering berkunjung ke Panjalu, ke Kabupaten Ciamis. Ini menjadi sejarah besar bagi tiga daerah yakni Ciamis, Sumedang, dan Bogor," ucap Budi.***

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler