Nilai Kearifan Lokal Diterapkan di Wado Sumedang, Ada Beas Perelek dan Gamelan

14 November 2023, 14:47 WIB
Camat Wado Kabupaten Sumedang sedang memberikan bantuan kepada warga dari hasil iuran pegawai dalam program Pedo atau Peduli Wado. /kabar-priangan.com/DOK/

KABAR PRIANGAN - Pemerintah Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang mengajak masyarakat untuk kembali menerapkan konsep kearifan lokal dalam berbagai sektor.

Kearifan lokal dinilai efektif untuk mengatasi berbagai persoalan di masyarakat dan bisa membangun kepedulian warga dengan pola-pola tradisional.

Camat Wado, Dadang Sundara menyebutkan, salah satu kearifan lokal yang telah diterapkan kembali di sejumlah desa di Kecamatan Wado, di antaranya adalah beas perelek. 

Baca Juga: Pemkab Sumedang Susun Rencana Kegiatan dan Penganggaran DBHCHT Tahun 2024

Konsep beas perelek, digunakan masyarakat tempo dulu untuk mengumpulkan beras dalam wadah bambu yang tergantung di depan rumah.

Beras yang disimpan di wadah bambu itu, kemudian dikumpulkan sebagai cadangan pangan untuk membantu warga yang kurang mampu.

"Nah di era sekarang, beras itu bisa diganti dengan uang. Jadi yang terkumpul itu berupa uang, nantinya uang yang terkumpul bisa untuk kebutuhan warga juga," kata Dadang, Selasa, 14 November 2023.

Baca Juga: Pj Bupati Sumedang Kaji Wacana Pemkot Bandung Buang Sampah di TPAS Cibeureum

Konsep beas perelek, telah diimplementasikan di sejumlah desa. Setiap warga bisa mengumpulkan uang mulai Rp1.000 atau Rp2.000 untuk disimpan di petugas yang sudah ditunjuk.

Konsep beas perelek sambung Dadang, telah dilakukan di lingkungan kepegawaian Kantor Kecamatan Wado dengan sebutan Peduli Wado (Pedo). Dadang menginisiasi Pedo, agar pegawai mau menyisihkan uang setiap bulannya untuk peduli sosial. Uang yang disisihkan, besarannya tidak ditarget, tergantung keikhlasan pegawai.

"Pedo sudah terealisasi bahkan kami sudah mampu membantu sejumlah pedagang kecil, meski nilainya belum bisa besar," kata Dadang.

Baca Juga: Bank Sumedang Berikan PAD Rp7 Miliar, Bantu Penurunan Angka Kemiskinan

Selain itu, Dadang juga menyampaikan, pihaknya telah menyarankan agar di setiap kampung bisa bahu membahu untuk mengumpulkan dana kematian. Kata Dadang, dana kematian bisa membantu warga ketika keluarganya ada yang meninggal.

"Minimal kan kalau ada dana kematian itu bisa meringankan keluarga yang berduka, misalnya untuk membeli kebutuhan-kebutuhan untuk prosesi pemakaman," tuturnya.

Dadang menambahkan, kearifan lokal bisa membangkitkan kembali budaya gotong royong yang terasa mulai pudar di masyarakat. Budaya gotong royong, bisa dipupuk jika masyarakat betah di lembur atau kampung.

Baca Juga: ASN di Sumedang Tandatangani Deklarasi Netralitas Pemilu 2024

"Makanya kami juga canangkan Bebedil atau bebetah di lembur dengan mengajak masyarakat untuk mencintai lembur," katanya.

Untuk menciptakan betah di lembur, ia ciptakan program Kandaga Raksa Buana dan Kandaga Raksa Warga.

Kandaga Raksa Buana, berarti sebagai wadah masyarakat untuk memelihara alam. Contohnya, ada Jumsinah (Jumat Bersih Sangkan Merenah) dan Gamelan (Gerakan Melak Tatangkalan). Intinya adalah pemeliharaan lingkungan hidup.

Baca Juga: Bahas Kemiskinan, Pj Bupati Sumedang Pasang Sangkur di Desa Cimungkal Wado

Sedangkan Kandaga Raksa Warga berarti wadah memelihara warga, bisa di contohkan seperti beas perelek dan Pedo atau kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat

"Semua ini merupakan tindak lanjut dari program Pemkab Sumedang, yakni Pasang Sangkur di poin nguatken kamandirian ngawangun lembur," imbuhnya.***

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler