Kisah Melati PSK di Pangandaran, Cukupi Keluarga dari Melayani Hidung Belang, Berurai Air Mata

29 Maret 2024, 15:03 WIB
PSK di Pangandaran menceritakan kehidupannya saat diberikan penyuluhan Satpol PP Pangandaran. /kabar-priangan.com/Kiki Masduki/

KABAR PRIANGAN - Kisah salah satu pekerja seks komersial (PSK) di Kabupaten Pangandaran. Dibalik stigma sosial yang negatif kepada mereka, ada harapan yang tidak terbantahkan antara kebutuhan ekonomi dengan masa depan yang mereka cita-citakan.

Melati nama samaran, dia adalah seorang janda berusia 30 tahun asli warga Kabupaten Pangandaran. Perempuan dua anak ini merupakan salah satu pekerja seks komersial (PSK).

Melati nekad menjadi PSK satu tahun lalu demi bertahan hidup menutupi kebutuhan ekonomi dan masa depan ke dua anaknya.

Baca Juga: HMI Pangandaran Kritik Banyaknya Banner Sosialisasi Balon Bupati yang Dinilai Tidak Estetik

"Anak pertama berusia 13 tahun dan yang ke 2 berusia 9 tahun. Saya bercerai 2 tahun lalu dan memiliki 2 anak semuanya perempuan dan dititipkan di orang tua saya di kampung halaman," kata Melati di salah satu tempat prostitusi yang ada di Kabupaten Pangandaran, Jumat 29 Maret 2024.

Orang tua Melati dan 2 anaknya tidak mengetahui profesi Melati sebagai PSK di Pangandaran.

"Orang tua saya dan ke 2 anak saya tahunya saya kerja menjadi pelayan toko di Pangandaran," tambahnya.

Baca Juga: Kedekatan Dadang Solihat dengan Warga Terlihat Saat Bagikan Ribuan Takjil di Pangandaran

Melayani Hidung Belang

Penghasilan Melati melayani nafsu pria hidung belang dengan menjual kemolekan tubuhnya, dikirim rutin setiap satu minggu sekali untuk kebutuhan keluarga dan anaknya.

"Kadang sekali kirim transfer uang dalam satu minggu Rp300 ribu atau Rp500 ribu," jelas Melati.

Melati tak pernah memiliki cita-cita untuk menjadi PSK bahkan tidak pernah mengerti profesi kehidupan hitam itu.

Baca Juga: Hebat! Puluhan Siswa Madrasah Aliyah di Pangandaran Lolos SNBP 2024, Berikut Daftarnya

Kemilau Lampu

Kehidupan para PSK sering kali tersembunyi di balik tabu dan dipandang negatif masyarakat. Padahal realitas kehidupan para PSK merupakan jawaban dan tantangan yang mesti diperjuangkan.

Kemilau lampu hias di lokasi prostitusi PSK menjalani kehidupan yang penuh dengan tekanan dan risiko.

Mereka berjuang untuk bertahan hidup, menghadapi stigma sosial, kekerasan fisik dan seksual, serta ancaman hukum.

Baca Juga: Petugas di Pangandaran Lakukan Ramp Check Kendaraan Umum Jelang Mudik Lebaran 2024

Lingkaran Kemiskinan

Faktor pendorong wanita untuk memasuki industri seksual di antaranya terjebak dalam lingkaran kemiskinan atau eksploitasi.

Namun ada juga yang memilih sebagai profesi cara untuk menghidupi diri sendiri atau keluarga mereka.

Namun demikian, kehidupan sehari-hari mereka tidaklah selalu suram, banyak di antara mereka memiliki harapan dan impian yang sama seperti orang lain.

Baca Juga: Raih 16 Kursi DPRD, PDIP Siap Usung Sendiri Calon Bupati Pangandaran di Pilkada 2024

Beberapa mungkin bermimpi untuk meninggalkan industri seksual dan memulai hidup baru, sementara yang lain mungkin berusaha untuk memberikan pendidikan yang lebih baik bagi anak mereka.

"Kami juga punya harapan dan cita-cita memiliki usaha sendiri, memberikan pendidikan yang layak pada anak," kata Melati sambil meneteskan air mata dan suara rendah.

Nampak kedua mata melati berkaca terlihat menahan sedih dan kecewa atas nasib yang menimpanya.

Baca Juga: M Ridwan dan Dadang Solihat Dikabarkan Siap Berdampingan di Pilkada Pangandaran 2024, Baliho Sudah Tersebar

Sambil menghela nafas panjang Melati melanjutkan penggalan kata-kata yang berusaha dia untai menjadi kalimat.

"Saya dan kami para Wanita PSK yang saat ini terjebak dalam dunia hitam lebih bermartabat dibanding wanita karir tetapi munafik yang berlindung di balik kehormatan sosial atau jabatan dan melayani pria bukan haknya," sambung Melati.

Entah apa maksud dari lontaran kalimat yang diucapkan Melati waktu itu? Kabar Priangan pun kembali menanyakan maksud yang diucapkan.

Baca Juga: Sensasi Ngabuburit Sambil Petik Buah Melon di Pangandaran

"Banyak perempuan di luar sana yang bisa diajak selingkuh atau melakukan seksual bebas bukan dengan suaminya, mereka kebanyakan bertopeng karir atau usaha, tapi buktinya sama juga berperilaku seperti hewan," ujarnya.***

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler