Network
KABAR PRIANGAN - Sebelum kejadian KRI Nanggala tenggelam, Kolonel laut (P) Iwa Kartiwa kepada ibu dan kakak kandungnya Anton Charliyan, selalu bercerita dan memgeluhkan kondisi armada kapal selam di Indonesia yang sudah berusia tua.
Bahkan Iwa pun pernah beberapa kali menceritakan bahwa risiko kapal selam tua di Indonesia adalah tenggelam seperti yang dialami KRI Nanggala sepekan lalu di Perairan Bali.
"Iwa juga suka berkata ke ibu, kalau kapal selam di Indonesia sudah berusia tua," ujar Momoh Fatimah (83), ibu kandung Kolonel Laut (P) Iwa Kartiwa, mantan Komandan Satuan Kapal Selam (Satsel) dan KRI Nanggala-402, saat didatangi di rumah kediamannya sekaligus kediaman anak sulungnya mantan Kapolda Jabar Purnawirawan Anton Charliyan, di Jalan Simpang Lima, Kota Tasikmalaya, Sabtu, 1 Mei 2021 petang.
Baca Juga: Wabup Helmi Budiman tak Mau Mewabahnya Covid-19 di India, Terjadi di Kabupaten Garut
Bahkan memurut Momoh menyebut anaknya sakit akibat terlalu lama bertugas yang hampir 26 tahun di kapal selam dan akibat radiasi bubuk besi kapal selam yang dipimpinnya yang usianya memang sudah cukup tua.
"Iwa sakit karena terlalu lama bertugas berlayar di kapal selam, sudah 26 tahun. Dia begitu mencintai pekerjaannya. Kalau Iwa tidak sakit, mungkin saat tenggelam kapal selam kemarin masih Iwa komandannya," jelas Momoh.
Selama ini lanjut Momoh, anaknya tersebut selalu memaksakan bertugas dan rasa sakitnya tak dirasa selama belasan tahun lalu.
"Makanya, badan Iwa jadi kurus kering dan menderita penyakit paru-paru akibat selalu menghisap bubuk besi saat berlayar di kapal selam," katanya.
Ritual Mengisap-usap Badan Kapal
Sebagai ahli kapal selam di Indonesia, kata Momoh, Iwa juga sangat paham sekali pekerjaan yang diembannya.
