Akademi Lagu Sunda Dikritik Budayawan Sunda karena Dianggap Merusak Bahasa Sunda

- 4 Juni 2021, 13:27 WIB
Kepala Seksi Bina Budaya pada Disdikbud Kabupaten Tasikmalaya, Herdi Mulyadiguna
Kepala Seksi Bina Budaya pada Disdikbud Kabupaten Tasikmalaya, Herdi Mulyadiguna /kabar-priangan.com/Nunu Nazarudin/

"Saya juga sudah mengatakan kepada pihak Disdik, juga di media sosial, siapapun panitia ALS ini, mari ngobrol, naskahnya yang di media sosial itu betulkan dulu, baru publikasikan lagi kalau sudah benar. Sebagai orang Tasik, mari kita jadikan Tasikmalaya ini barometer kebudayaan Sunda," katanya.

Baca Juga: Korban Tenggelam di Pantai Santolo Teknisi PT Telkom dan Tulang Punggung Keluarga, Keluarga Beharap Selamat

Ia pun mencontohkan, bagaimana kolaborasi yang baik para seniman Tasikmalaya terdahulu mampu melahirkan karya fenomenal. Misalnya Mang Koko, seniman karawitan yang sangat paham masalah musik, bekerjasama dengan sastrawan Wahyu Wibisana, dan melahirkan banyak lagu-lagu Sunda yang hingga kini abadi.

"Seharusnya hal itu dicontoh oleh generasi sekarang di Tasikmalaya," imbuhnya.

Sementara itu, Iik Setiawan, S.Kar., seniman yang telah mempublikasikan 380 lagu Sunda dalam berbagai genre melalui rekaman, mengaku kurang respek dengan kegiatan ALS saat melihat publikasi kegiatan tersebut.

Baca Juga: Angka Kematian Akibat Covid-19, Kab. Tasik Tempati Urutan Kedua se-Jabar

"Tujuannya memang bagus, sayang caranya malah merusak Bahasa Sunda. Harusnya melibatkan seniman yang mampu berbahasa Sunda yang baik, kalau memang tujuannya untuk pemuliaan seni dan Bahasa Sunda," kata warga Karanglayung, Kecamatan Karangjaya, Kabupaten Tasikmalaya, yang lama bekerja di RRI Bandung ini.

Ia menambahkan, pencipta lagu itu harus menguasai dua aspek paling dasar, yakni kemampuan musikal dan kemampuan bersastra. "Jika promosi kegiatan lombanya 'ngacapruk', bagaimana bisa mengajak peserta untuk membuat lagu dengan struktur lirik bahasa Sunda yang baik?" katanya.

Tidak hanya di kalangan budayawan, kritik pedas dari masyarakat akan penggunaan Bahasa Sunda yang acak-acakan dalam promosi ajang ALS juga bermunculan dari masyarakat umum di media sosial. Mereka menyayangkan hal ini yang dinilai telah mempermalukan diri sendiri dan jati diri orang Sunda.

Baca Juga: Jelang PTM di Tasikmalaya, 98 Persen Guru Sudah Divaksin

Halaman:

Editor: Teguh Arifianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah