Akademi Lagu Sunda Dikritik Budayawan Sunda karena Dianggap Merusak Bahasa Sunda

- 4 Juni 2021, 13:27 WIB
Kepala Seksi Bina Budaya pada Disdikbud Kabupaten Tasikmalaya, Herdi Mulyadiguna
Kepala Seksi Bina Budaya pada Disdikbud Kabupaten Tasikmalaya, Herdi Mulyadiguna /kabar-priangan.com/Nunu Nazarudin/

Sementara itu dikonfirmasi terpisah, Kepala Seksi Bina Budaya pada Disdikbud Kabupaten Tasikmalaya, Herdi Mulyadiguna, menjelaskan, memang benar pihaknya pun banyak mendapatkan kritik dari para budayawan Sunda terkait penggunaan Bahasa Sunda di media promosi kegiatan ALS. Ia menilai hal tersebut sebagai masukan positif bagi pihaknya.

Akan tetapi dalam hal ini, dikatakan Herdi, penggunaan Bahasa Sunda di sana lebih kepada Bahasa Sunda yang "loma" atau untuk dipergunakan sehari-hari. Hal itu tiada lain guna menarik perhatian masyarakat luar, terutama yang masih awam Bahasa Sunda formal serta hanya mengenal Bahasa Sunda sehari-hari, sehingga semua bisa memahami maksud dan tujuan yang disampaikan dalam promosi tersebut. Jika promosi dibuat secara formal tentu sasarannya pun berbeda.

"Jadi untuk promosi ALS, penggunaan Bahasa Sunda tidak yang secara normatif bahasanya. Karena itu (bahasa) yang dipublikasikan secara milenial. Tuntutannya agar bagaimana cara seni budaya Sunda ini bisa eksis sampai ke luar," jelas Herdi, Kamis, 3 Juni 2021.

Baca Juga: Jelang Pilkades Serentak 2021, Pemkab Garut Gelar Deklarasi Pilkades Damai

Jika dalam pelaksanaannya ada pro dan kontra dari para budayaaan, menurutnya sangat wajar. Hal inipun diharapkan menjadi masukan yang membuat kegiatan ini makin dikenal.

Adapun kegiatannya, dikatakan dia, telah masuk dalam salah satu Pokok-pokok Pikiran Kebudayaan (PPKD) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga. ALS yang bakal digelar secara daring pada Bulan Juni ini juga melibatkan para juri profesional dari kalangan artis atau biduan Sunda, sehingga kualitas dari hasil lomba ini diharapkan sangat mumpuni.

Terkait Bahasa Sunda "loma" yang dipakai dalam media promosi seperti disampaikan Herdi, Taufik Faturohman dengan tegas mengatakan, bahwa "Basa Sunda loma" atau Bahasa Sunda sehari-hari itu tidak seperti itu. Struktur dan diksi tetap harus diperhatikan, apalagi dalam media promosi.

"Itu hanya alasan untuk menyembunyikan ketidakmampuan saja," ujarnya.***

Halaman:

Editor: Teguh Arifianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah