Peringatan 15 tahun Gempa dan Tsunami Pangandaran, Begini Penjelasan dari Peneliti LIPI

- 17 Juli 2021, 20:36 WIB
ilustrasi tsunami
ilustrasi tsunami /pixabay/

Dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Dr.Abdul dari BNPB dan N. Rahma Hanifa, D.Sc dari LIPI.

Plt. Kepala Pusat Data Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan, Abdul Muhari menyatakan tsunami di Indonesia adalah sebuah keniscayaan.

Baca Juga: Oki Setiana Dewi Lepas Rindu dengan Ziarah ke Makam Ayah. Maryam dan Khadeeja Ingin Lihat Surganya Mbah Kakung

Abdul Muhari  juga menyebutkan  apabila suatu daerah pernah terjadi tsunami, maka hal itu kemungkinan dapat terulang kembali. Oleh karena itu mitigasi adalah kunci.

“Kalau dia pernah terjadi di masa lalu, pasti terjadi di masa depan. Maka perlu mengingatkan masyarakat apa yang bisa kita pelajari untuk mitigasi ke depan,” jelas Abdul Muhari.

Abdul mengatakan pada saat bencana tsunami pada 2006 lalu, sistem peringatan dini dan mitigasi bencana di Indonesia termasuk Pangandaran belum ada.

Baca Juga: Estimasi Biaya Penyelenggaraan Pilkada Mencapai Hampir Seratus Miliar Rupiah

Tsunami 2006 dijelaskan oleh Abdul Muhari didahului oleh gempa “mengayun” berbeda dengan gempa tsunami Aceh.

Proses pelepasan energi gempa pada 2006 itu naik turun, sehingga masyarakat di pesisir tidak terlalu merasakannya.

Apa yang harus dipahami yaitu peringatan dini yang penting untuk diperhatikan. Periode gempa Pangandaran waktu itu hampir lebih dari 3 menit, tidak seperti gempa Yogya dan Padang.

Halaman:

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x