“Kita harus menjaga marwah dan derajat kiayi, juga kepercayaan masyarakat kepada pesantren,” tuturnya.
Selain daripada itu, Muhaemin melihat bahwa belakangan ini, penyambutan Perpres tersebut begitu ramai di media sosial. Namun sangat disayangkan dari euforia di media sosial tersebut didominasi oleh saling klaim antara dua partai besar.
“Kekhawatiran yang sangat besar tentu muncul dari beberapa tokoh pesantren, dimana tempat suci yang didalamnya ada para kiayi yang sangat dihormati dirasa kurang elok dan pas jika pesantren dijadikan sebagai komoditas politik,” ucap Muhaemin.
Terakhir, Muhaemin mengatakan bahwa dirinya tidak menolak dengan adanya perpres ini, akan tetapi perpres ini perlu dikaji ulang secara mendalam dampak negatif dari adanya perpres ini.***