KABAR PRIANGAN - Orangtua hingga guru harus lebih waspada dalam mengawasi jajanan yang kerap dikonsumsi oleh anak-anak mereka dalam kesehariannya. Sebab tidak semua jajan tersebut sehat dan aman karena bisa saja malah membahayakan kesehatan hingga keselamatan nyawa mereka.
Hal tersebut dialami oleh sejumlah siswa di SDN 2 Ciawang Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya. Akibat mengonsumsi atau jajan sembarangan, sebanyak tujuh anak di sekolah tersebut mengalami gejala keracunan makanan.
Penyebabnya diindikasi dari jajan Ciki Ngebul atau yang kerap disebut oleh anak-anak Cikbul. Jajanan berbahan ciki dan nitrogen cair ini memang menjadi daya tarik bagi anak-anak untuk membeli. Selain harganya murah, juga penyajiannya yang unik, karena mengeluarkan asap ketika hendak disantap, membuat anak-anak penasaran.
Keracunan terjadi setelah para siswa ini menyantap jajanan Cikbul yang dijual di halaman sekolah mereka pada Selasa 15 November 2022 pagi. Total ada tujuh anak yang mengalami gejala keracunan dengan gejala pusing, mual, sakit perut dan muntah.
Enam orang anak diantaranya bisa kembali dipulangkan setelah menjalani observasi di Puskesmas Leuwisari. Sementara satu anak terpaksa harus dirujuk ke RSUD Singaparna Medika Citrautama (SMC) Kabupaten Tasikmalaya dan menjalani perawatan di sana.
Irsad (12) korban yang mendapatkan perawatan di RSUD SMC mengatakan, dirinya baru pertama kali membeli jajanan Cikbul tersebut karena tertarik dengan penyajiannya yang mengeluarkan asap.
Ia membeli pada waktu sebelum masuk jam belajar di sekolah, atau sekitar pukul 07.00 pagi. Tidak lama berselang setelah dirinya, menyatap jajanan Cikbul, lantas ia pun merasa, pusing, mual, sakit perut dan muntah.
"Belinya pagi-pagi sebelum masuk jam pelajaran sekolah. Kemudian dimakan ramai-ramai sama teman-teman yang lain," ujar siswa kelas VI ini di IGD RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya.
Orangtua korban, Wiwin (30), mengaku dirinya baru mengetahui anaknya Irsad keracunan saat berada di rumah dan dikabari oleh guru sekolah anaknya. Ia pun sempat panik, karena sebelumnya Irsad tidak menunjukan gejala apa-apa saat berangkat ke sekolahnya. Bahkan ia pun menyempatkan untuk sarapan lebih dulu.
Baca Juga: Pembukaan Wisata Jatinangor National Flower Park di Sumedang Ditunda, Ini Alasannya
"Saya dikabari anak saya dibawa ke puskesmas karena katanya keracunan. Tetapi kemudian dirujuk ke rumah sakit karena paling parah mengalami muntah dan perutnya kembung,"
kata warga Hegarmanah, Desa Ciawang, Kecamatan Leuwisari itu.
Ketua RT setempat yang mendampingi korban, Iyus, menambahkan, awalnya dirinya mendapatkan informasi jika ada sebanyak 23 anak mengalami keracunan masal di SDN 2 Ciawang. Akan tetapi setelah ditelusuri ada tujuh orang anak. Enam anak ditangni di Puskesmas Leuwisari dan satu anak dirujuk ke rumah sakit.
"Tapi yang enam anak di puskesmas informasinya sudah dipulangkan. Tinggal satu anak lagi di rumah sakit," jelas dia.
Kepala Seksi Pelayanan RSUD dr Sudaryan mengatakan, membenarkan ada satu orang siswa yang masuk IGD RSUD SMC yang diduga mengalami gejala keracunan.
Anak tersebut, informasi dari keluarga bahwa pada pukul 07.00 makan jajanan Cikibul di sekolah. Kemudian tidak lama mengalami, keluhan diare dan muntah-muntah.
"Keluhan perut kembung dan sempat muntah. Tidak benar kalau sampai muntah darah, karena itu hanya muntahan proyektil makanan saja," kata Sudaryan.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Kuliner di Tasikmalaya yang Lagi Hits dan Populer, Berikut Destinasinya
Tambah dia, saat ini kondisi korban sudah mulai membaik. Untuk estimasi perawatan diperkirakan hanya satu hari sudah bisa pulang. Kondisi ini terjadi karena ada intoksinasi makanan pada tubuh korban.
Sementara itu, Kapolsek Leuwisari, Iptu Dudung Supriatna, mengatakan jumlah siswa yang diduga mengalami keracunan akibat dari mengkonsumsi jajanan Cikbul sebanyak tujuh orang. Informasi awal, sempat tersiar 23 orang.
Akan tetapi setelah di kroscek ke lokasi yang mengalami gejala tujuh orang. Sisanya memang sempat mengonsumsi jajajan tersebut namun tidak alami gejala keracunan.
"Betul ada tujuh orang siswa, bukan 23 orang seperti beredar di pesan berantai WhatsApp. Jadi yang belinya satu dua orang, tetapi yang lain beramai-ramai mencicipi. Yang lain tidak sampai bergejala keracunan," kata Dudung.
Kini pedagang beserta gerobaknya, kata dia, telah diamankan untuk penyelidikan selanjutnya kasus tersebut. Untuk penaganan dari Polsek Leuwisari telah dilimpahkan ke Satuan Reserse Kriminal Polres Tasikmalaya.*