Baca Juga: Atlet Balap Sepeda asal Garut Ditangkap Polisi Karena Jual Ganja
Namun sekitar 12 jam pascakejadian, imbuhnya, ia serta sejumlah korban lainnya dijemput oleh pihak Pesantren Limus Bunder, Garut. Mereka pun dibawa ke Garut dengan alasan agar lebih nyaman dan aman.
"Kami memang memilih tinggal di sini ketimbang di tenda pengungsian di Cianjur sana. Di sini bukan hanya jauh lebih nyaman tapi juga merasa lebih aman", katanya.
Jika ia bertahan untuk tetap tinggal di tenda pengungsian, imbuhnya, tentu akan sangat repot terutama karena ia juga harus mengurus sang adik yang disabilitas. Apalagi, di lokasi pengungsian, untuk mendapatkan air jika ingin BAB pun sangat susah.
Menurut Ayi, warga Cianjur korban gempa yang memilih ngungsi ke Garut semuanya ada 25 KK dengan jumlah jiwa 100 lebih. Namun mereka tinggal secara berpencar di sejumlah daerah, ada yang di Perum Bumi Malayu Asri, ada yang di Kampung Cipepe, dan juga di Kampung Ciocong.
"Kebetulan yang tinggal di kawasan Bumi Malayu Asri ini ada 7 KK dengan jumlah jiwa 25. Sisanya ada yang di Cipepe dan juga di Ciocong," ucap Ayi.
Ketua RW 10, Desa Mekarwangi, Kecamatan Tarogong Kaler, Saepulloh, membenarkan di wilayahnya ada 7 KK dengan jumlah jiwa 25 yang merupakan korban gempa Cianjur. Mereka berada di daerah tersebut sejak sekitar tiga minggu yang lalu.
Baca Juga: Pemkab Garut Akan Buka Outlet di Amsterdam Untuk Pasarkan Produk Lokal
Dari 25 jiwa korban gempa asal Cianjur yang saat ini berada di daerahnya itu, kata Saepulloh, satu di antaranya penyandang disabilitas dan satu lagi mengalami patah tulang iga karena tertimpa reruntuhan saat terjadi gempa.