Mengenal Tradisi Nyepuh di Desa Ciomas Panjalu Ciamis yang Digelar Menjelang Ramadhan

- 10 Maret 2023, 15:33 WIB
Suasana berdoa di makam Panghulu Gusti, salah satu rangkaian Nyepuh di desa Ciomas jelang Ramadhan.
Suasana berdoa di makam Panghulu Gusti, salah satu rangkaian Nyepuh di desa Ciomas jelang Ramadhan. /kabar-priangan.com/Dok.pribadi Ridwan Hasyimi/

Baca Juga: Disdik Jabar Tanggapi Cuit Komika Soleh Solihun Soal Dugaan Pungutan di Sekolah Negeri Bandung

Biasanya, malam menjelang Nyepuh dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan seni tradisi, seperti gembyung, pertunjukan karinding, dan sebagainya.

Keesokan harinya, warga berkumpul di sekitar rumah juru kunci untuk memulai perjalanan menuju makam Eyang Panghulu Gusti. Dalam perjalanan, rombongan akan berhenti di mata air keramat dan mengambil wudhu di sana.

Air itu juga akan di bawa menuju makam unuk disiramkan ke atas makan dan benih tanaman yang sengaja ditanam di sekitar sana. Setelah berdoa di makam, warga akan makan bersama di sekitar pemakaman umum yang terletak tidak jauh dari sana.

Menurut Ridwan Hasyimi, yang juga aktivis pemerhati budaya sunda, pada mulanya tradisi Nyepuh dilaksanakan bukan sebagai kegiatan wisata-religi seperti hari ini.

Baca Juga: Technolife Siapkan Kafe Kopi dengan Suasana Berkelas Mewah di Jatinangor Sumedang

Pada tahun 2005, atas saran seorang pegawai Kementerian Pariwisata RI yang sempat berziarah ke Ciomas, kegiatan ini mulai ditata sebagai kegiatan wisata dan dipromosikan pada masyarakat luas seperti sekarang.

Kini tradisi Nyepuh telah tercatat oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis sebagai salah satu agenda wisata-religi menjelang Ramadhan di Ciamis.

Sejak tahun itu pula, nama kegiatan ini berubah menjadi Nyepuh yang bermakna merawat peninggalan para sepuh (orang tua). Dulunya, kegiatan ini disebut Ngikis seperti umumnya kegiatan serupa di daerah lain.

“Masyarakat di sini adaptif. Yang dipegang itu esensinya, bukan bentuknya. Nama berubah ngga apa-apa, yang penting intinya terjaga. Begitu juga rangkaian acaranya. Dulu lebih kompleks, sementara sekarang cenderung lebih simpel. Ya, ngga apa-apa. Tradisi kan milik masyarakat yang hidup. Yang hidup kan pasti berubah," ujarnya.

Halaman:

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x