Mengenal Tradisi Nyepuh di Desa Ciomas Panjalu Ciamis yang Digelar Menjelang Ramadhan

- 10 Maret 2023, 15:33 WIB
Suasana berdoa di makam Panghulu Gusti, salah satu rangkaian Nyepuh di desa Ciomas jelang Ramadhan.
Suasana berdoa di makam Panghulu Gusti, salah satu rangkaian Nyepuh di desa Ciomas jelang Ramadhan. /kabar-priangan.com/Dok.pribadi Ridwan Hasyimi/

Baca Juga: Jelang Ramadhan, Warga Mulai Berburu Beras Murah untuk Stok, Operasi Pasar di Tasikmalaya Dicari-cari

“Nilainya tetap sama meningkatkan taqwa, menghormati leluhur, silaturahmi dengan sesama, dan menjaga alam. Tuhan, manusia, dan alam, gitu pola budaya leluhur kita. Selalu komprehensif,” ungkap Ridwan.

Menurutnya, dulu masyarakat juga memiliki kebiasaan mandi di mata air keramat sebelum puasa sebagai simbol menyucikan diri.

Namun, hari ini tidak banyak yang melakukannya. Mata air yang dikeramatkan tersebut berada di dalam hutan yang pada tahun 2016 ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Ekosistem Esensial oleh pemerintah.

Menurut legenda setempat, mata air itu merupakan tempat Eyang Panghulu Gusti menuangkan air zam-zam yang ia bawa dari Tanah Suci Mekkah.

Baca Juga: Nikmati Tempat Wisata di Kawasan Gunung Galunggung Tasikmalaya, Air Terjun Eksotis hingga Kawah Instagramable

Seraya menuang air tersebut ia berdoa agar mata air tersebut menjadi berkah bagi seluruh warga desa.

Eyang Panghulu Gusti sendiri merupakan tokoh yang diyakini sebagai leluhur yang membuka desa Ciomas dan penyebar agama Islam di sana.

Dikutip dari buku Boekoe Sedjarah Galoeh karangan R.H. Gun Gun Gurnadi yang memuat silsilah raja-raja Galuh dan Sunda, Eyang Pangulu Gusti tercatat menikah dengan Nyi Mas Siti Fatimah.

Merupakan keturunan ke-9 dari Sri Baduga Maharaja atau yang lebih sering diidentikan sebagai Prabu Siliwangi, Nyi Mas Siti Fatimah sendiri diperkirakan hidup pada abad ke-17.***

Halaman:

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x