Selain itu banyak rumah warga yang menjadi kotor dan kumuh karena terciprat air tanah ketika kendaraan melintasi jalan yang berlubang. "Sebetulnya sangat terpaksa tapi mau enggak mau harus lewat situ, daripada muter jauh banget," ujar Zeihan.
Warga lainnya, Iman (36), mengatakan hal senada. "Saya sudah jatuh dua kali di situ, parah dah pokoknya, kalau belum ada korban jiwa dan viral mah kayaknya eggak bakal dibetulin tuh jalan," ujar Iman menahan kesal ketika diwawancara.
Rekan Iman, Gugun (25), mengatakan kalau menggunakan sepeda motor di wilayahnya tak akan pernah bersih. Tak heran ada anekdot di kalangan warga mending enggak pernah mencuci motor sekalian. "Enggak usah ditanya ah, pokoknya mah motor saya enggak pernah bersih, percuma dicuci juga! Motor sudah kayak di zaman purba," ujarnya.
Akibat buruk dari jalan rusak ini sangat banyak. Warga yang mempunyai kendaraan, baik sepeda motor atau mobil seolah merasakan penyiksaan yang tak kunjung henti.
Setelah melewati Jalan Desa Gandoang ini, pengguna jalan akan dihadapkan dengan Perempatan Pasar Gandoang. Perempatan ini sangat ramai pengguna jalan, Jalan Raya Gandoang penghubung Cileungsi-Jonggol menjadi salah satu alternatif jalan menuju Puncak Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Cianjur. Sekaligus merupakan jalur jalan provinsi.
Perempatan ini sangat tak beraturan, tepat di tengah jalan dipasangi pembatas jalan yang terkait tali rafia atau tambang satu dengan yang lainnya. Digadang-gadang menjadi pengurai kemacetan, tapi ternyata malah cara ini menjadi pusat kemacetan.
Putaran pertama ke arah Jonggol tali pembatas jalan tersebut berada tepat di depan ruko-ruko dan matrial, dan putaran kedua talipembatasnya ditempatkan tepat di depan sebuah minimarket dan pabrik daging yang sangat sempit dan dengan akses jalan yang rusak, berlubang dan berkerikil.