Kepada kabar-priangan.com, pupuhu Rurukan Jagad Panglawung Manah, Indi Efendi (58) menuturkan, tradisi ritual buku taun, adalah bagian dari rasa hormat masyarakat kepada leluhur yang telah mewarisi budaya. Kemudian bentuk rasa syukur masyarakat setelah berhasil melaksanakan panen padi pada musim tahun ini.
Bentuk rasa syukur itu, kata Indi, diaktualisasikan dengan gelaran budaya tradisional. Konon leluhur atau karuhun terdahulu di kampung tersebut, kerap menumpahkan rasa syukur dengan hiburan berupa pagelaran seni tradisi.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Alam di Sumedang Paling Populer. Suasananya Syahdu, Cocok Buat Ngadem Bareng Teman
"Prosesi buku taun, diawali dengan memotong kambing yang diperuntukkan untuk makan bersama. Kemudian para sesepuh kampung berdoa dan selanjutnya mengikuti hiburan dengan seni buhun untuk mengenang para leluhur kami," tutur dia.
Indi mengatakan, pada tahun 2023 ini, merupakan buku taun ke 195.
Angka tersebut mengacu pada sejarah yang dicatat oleh masyarakat Dusun Cisalak. Dimana, dulu pelaku sejarah yang pertama kali melaksanakan tradisi ritual buku taun di Cisalak ini, yakni almarhum Aki Sartam.
"Aki Sartam ini meninggal pada 1957 pada usia 130. Dari hasil musyawarah, maka kami bisa mengambil dan menentukan angka buku taun, dari perhitungan tersebut. Nah tahun 2023 ini jadi buku taun yang ke 195," kata Indi bercerita.
Acara tradisi ritual itu, kata dia, diselenggarakan agar masyarakat Cilandak bisa mengingat jasa para karuhun sebagai wadah silaturahmi, agar satu sama lain bisa bekerjasama dan melestarikan kearifan lokal terutama dalam seni dan budaya tradisional.