Adapun 9 lagu buhun wajib tersebut, antara lain, Saliasih, Bondol hejo, Titipati, Raja pulang, Papalayon, Kembang beureum, Bongbang, Kalakay muntang dan Tunggul kawung.
Baca Juga: Pemuda di Cimanggung Sumedang Dibacok OTK di Tempat Parkir
Selama juru sekar menyanyikan 9 lagu buhun tersebut, kejadian-kejadian yang membuat bulu kuduk merinding memang terjadi. Beberapa sesepuh yang ngibing terlihat kemasukan roh halus, ada yang marah, tertawa, tegang bahkan menangis.
"Tapi itu hal yang biasa, sesepuh di sini menghayati lagu-lagu tersebut. Sehingga hampir tak sadar ada yang kemasukan," ujarnya.
Tradisi Nyawer
Saat 9 lagu buhun dinyanyikan, ada aktivitas yang menyita perhatian. Para kaum perempuan dari mulai lansia hingga remaja berjejer rapi. Mereka merogoh kocek dan menyisihkan uang yang dimasukkan ke dalam empat wadah yang telah disediakan di ujung panggung.
Dengan tawa ceria, satu per satu melempar uang ke wadah. Nominalnya beragam, dari pecahan Rp2 ribu hingga pecahan Rp100 ribu.
"Ini adalah salah satu ciri atau bukti masyarakat disini peduli sesama. Karena nanti uang yang nyawer ini akan digunakan untuk kebutuhan sosial," ujar penasehat Rurukan Jagad Panglawung Manah, Dahwan Juyud Jaya Pradja.
Baca Juga: Truk Pengangkut Batubara Tabrak Rumah di Jatinangor Sumedang, Dua Orang Luka Berat