Mengenal Lebih Dekat Oto Iskandar di Nata ‘Otista', Pahlawan Nasional yang Jasadnya Belum Ditemukan

- 4 Maret 2023, 21:55 WIB
Wajah Pahlawan Nasional Oto Iskandar di Nata diabadikan dalam mata uang Rupiah pecahan Rp 20ribu.*/kabar-priangan.com/Bank Indonesia
Wajah Pahlawan Nasional Oto Iskandar di Nata diabadikan dalam mata uang Rupiah pecahan Rp 20ribu.*/kabar-priangan.com/Bank Indonesia /

Baca Juga: Hasil Akhir Timnas Indonesia U 20 Vs Suriah, Gol Hokky Caraka Hidupkan Peluang Garuda Nusantara ke 8 Besar

Pada bulan Agustus 1928 dirinya dipindahkan ke HIS Muhammadiyah di Batavia (Jakarta). Oto memilih berhenti menjadi guru pada tahun 1932 dan lebih fokus di kegiatan sosial-politik. Perhatiannya pada dunia pergerakan bermula sejak dirinya masih menjadi siswa HKS Purworejo bertepatan dengan dirikannya Volksraad (Dewan Wakil Rakyat) Hindia Belanda oleh pemerintah kolonial.

Kecintaannya pada dunia pergerakan makin mantap ketika mengenal organisasi Boedi Oetomoe (Budi Utomo/BU) saat dirinya bertugas di Banjarnegara. Saat dipindahkan ke Bandung, ia menjadi Wakil Ketua BU Cabang Bandung. Pada September 1921, dalam sebuah rapat BU, Oto berpidato dan melancarkan kritik pada Pagoeyoeban Pasoendan (PP), sebuah organisasi yang didirikan urang Sunda di Batavia.

Kritik tersebut memantik polemik antara dirinya dengan PP. Edi S. Ekadjati dalam buku tersebut menjelaskan, ada seorang sesepuh yang menasehati agar Oto jangan dilawan dengan keras, melainkan didekati dengan cara yang lembut. Saran tersebut dilakukan oleh PP dan Oto malah berbalik menjadi simpati.

Saat tinggal di Batavia, dirinya bergabung dengan organisasi tersebut dan menjadi Ketua Pengurus Pusat PP pada Desember 1929. Di bawah kepemimpinannya, PP tumbuh menjadi organisasi besar dan mencapai masa kejayaannya. Organisasi tersebut tidak hanya dikenal di Preanger (Priangan), melainkan di tingkat nasional. Dari sini pula Oto mulai mantap sebagai politisi dan memilih berhenti menjadi guru pada tahun 1932.

Baca Juga: Munggahan, Yuk! Di Tempat Wisata Kuliner Paniisan Cijati Banjar yang Bikin ‘Tiis Cepil Herang Panon’

Oto dikenal tegas, berani, dan kritis sehingga mendapat julukan Si Jalak Harupat. Sejarah mencatat pidatonya yang berani dalam sidang Dewan Wakil Rakyat. Oto Iskandar di Nata terang-terangan menuntut kemerdekaan Indonesia kepada pemerintah Hindia Belanda.

Menjelang kemerdekaan tahun 1945, Oto tergabung ke dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dirinya tercatat sebagai tokoh yang secara terbuka mengusulkan Sukarno dan Hatta menjadi presiden dan wakil presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada masa-masa awal pemerintahan Bung Karno, Oto ditugaskan menjadi Menteri Negara Bidang Keamanan. Namun, dirinya tidak pernah lama mengecap kemerdekaan. Pada 10 Desember 1945, ia diculik oleh Laskar Hitam dan dieksekusi di Pantai Mauk, Tangerang, pada 20 Desember 1945.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x