Mengenal Sutardji Calzoum Bachri, Presiden Penyair Indonesia Penggubah Estetika Puisi yang Disukai Milenial

- 9 April 2023, 12:48 WIB
Soetardji Calzoum Bachri, salah satu pemberharu puisi Indonesia yang terkenal dengan puisi mantra dan kredo puisi, tapi disukai oleh banyak penikmat sastra termasuk milenial.*/unpaders.id
Soetardji Calzoum Bachri, salah satu pemberharu puisi Indonesia yang terkenal dengan puisi mantra dan kredo puisi, tapi disukai oleh banyak penikmat sastra termasuk milenial.*/unpaders.id /

Baca Juga: Hasil Madrid vs Villarreal: Ini 5 Fakta Kekalahan Madrid dari Villarreal di Santiago Bernabeu Dini Hari Tadi 

Tardji mengenyam pendidikan di Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada masa tersebut, ia mulai serius menulis dan mengirimkan karya-karyanya ke surat kabar dan majalah di Bandung, diantaranya media Pikiran Rakyat. Karya puisinya banyak dimuat oleh majalah Horison, Budaya Jaya, Sinar Harapan, dan Berita Buana.

Tahun 1974, ia mengikuti Internasional Poetry Reading di Rotterdam. Oktober 1974 hingga April 1975 mengikuti Internasional Writing Program di Iowa City, USA. Setelah pulang dari Amerika Serikat, ia memutuskan untuk tinggal di Jakarta, kemudian menjadi salah seorang redaktur di Majalah Sastra Horison sejak 1996.

Ia juga banyak mengikuti acara pertemuan para penyair, baik tingkat nasional maupun di tingkat Internasional. Tardji yang juga dikenal dengan singkatan SCB (Sutardji Calzoum Bachri) mendapat banyak penghargaan dari tingkat nasional juga internasional.

Baca Juga: Pembentukan CDOB Katara Mencuat dalam Acara Buka Puasa Berjamaah Warga Tasikmalaya Utara

Kumpulan puisi O Amuk Kapak (1981) berisikan puisi-puisi yang menggegerkan dan tak pernah habis dalam polemik. Para kritikus menilai wajar jika karyanya menjadi perdebatan. Sebab ia telah meruntuhkan estetika puisi Indonesia yang mampan, yang dibuat oleh Amir Hamzah, Chairil Anwar, dan WS Rendra.

Maman S Mahayana menulis dalam Kritik Sastra Indonesia, 24 Agustus 2021, pilihan SCB pada mantra bukan sekedar mengembalikan puisi modern pada kepurbaannya atau mengangkat kepurbaan mantra sebagai bagian dari puisi modern.

Melainkan juga adanya kesadaran bahwa mantra menyimpan energi besar yang secara potensial membukakan keran pembebasan pada konvensi perpuisian Indonesia sekaligus memberi peluang kebebasan kreativitas, bergerak lebih luwes, lebih leluasa, dan mendasar.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah