Ideologi Capaian Estetika dalam Sebuah Kelompok Teater

- 5 Juni 2023, 15:20 WIB
Salah satu poster pertunjukan teater, setiap pertunjukan harus punya ideologi capaian estetika.
Salah satu poster pertunjukan teater, setiap pertunjukan harus punya ideologi capaian estetika. /kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara/

 


KABAR PRIANGAN - Perhelatan pertunjukan teater umumnya diakhiri dengan sesi diskusi karya ada yang memuji, ada pula yang mencaci dan tak jarang pula bergulir pada wilayah teoritis, salah satunya ideologi capaian estetika pertunjukan.

Setiap seniman memiliki ideologi capaian estetika yang dapat dilihat dari karya-karyanya. Putu Wijaya dengan Teater Mandiri-nya memberikan kredo ‘bertolak dari yang ada’, menjadikan keterbatasan sebagai sebuah spirit, yang dapat dilihat dalam karya-karya pertunjukannya; set minimalis, memanfaatkan benda-benda yang ada, tetapi memiliki makna yang mendalam.

Teater Koma tampil di panggung megah dengan artistik yang detail, besar, dan mahal. Mulai dari set panggung, make up dan kostum, tata cahaya, tata musik dan bunyi, serta multimedia yang mulai menggunakan tekhnik Computer Generated Image (CGI).

Baca Juga: Sebulan Ditutupi Terpal, Korban Longsor Situ Gede Tasikmalaya Tagih Janji Pemkot

Teater Kubur nyaris tidak pernah menggunakan set. Ia menjadikan tubuh sebagai medium penyampaian pesan dan bentuk artistiknya sendiri. Sutradara teater Aidil Usman pernah menggarap sekelompok narapidana wanita, bahkan salah satu pemain akan dihukum mati keesokan harinya, menjadi sebuah pementasan dengan menghadirkan aktivitas menjahit pakaian.

Setiap kelompok dan sutradara teater memiliki bentuk idealisnya sendiri, yang pasti akan berbeda satu dengan yang lain. Hal itu berkaitan dengan apa dan untuk siapa pertunjukan itu diciptakan.

Gagasan penciptaan sebuah pertunjukan dipengaruhi oleh ideologi sutradara sebagai kreator utama dari pertunjukan. Teaterawan Nano Riantiarno dalam buku Menyentuh Teater (2003) mengatakan bahwa sutradara adalah pemimpin utama yang merumuskan konsep pertunjukan secara menyeluruh.

Baca Juga: Bupati Sumedang Tawarkan Kawasan Industri Butom ke Investor Cina

Sutradara bertanggungjawab menyantukan seluruh kekuatan dari berbagai elemen teater dan mempunyai argumen yang jelas dalam memilih satu tema. Selain itu, sutradara juga harus bisa mewujudkan tujuan yang hendak dicapai melalui pementasan teater yang dilakukan.

Seorang seniman mempunyai tujuan yang hendak ia paparkan dalam karyanya. Ideologi sebagai dasar pemikiran merupakan sebuah arah untuk menentukan tindakan seseorang atau sebuah kelompok untuk tujuan tertentu. Ideologi tersebut dapat dicerminkan melalui karya-karyanya.

Estetika secara umum diartikan sebagai ilmu keindahan, ilmu mengenal kecantikan. Estetika bukan cara untuk menikmati keindahan, tetapi cara untuk memahaminya. Secara etimologi, estetika berasal dari bahasa Yunani, aishetikos, yang artinya berkenaan dengan persepsi. Bentuk kata bendanya adalah ‘aesthesis’, artinya persepsi indrawi.

Baca Juga: 'War Tiket' Indonesia vs Argentina, Nasabah BRI Sudah Bisa Pesan Tiket Hari Ini. Berikut Cara Pesan Tiketnya!

Menurut budayawan Radhar Pancadahana, yang dilansir dari Melayu Arts and Perfomance Journal Vol.2 No.1 April 2019, pada 5 Juni 2023, ideologi capaian estetika dapat dilihat sebagai berikut:

1. Motif penciptaan pertunjukan teater; untuk apa dan siapa pertunjukan diciptakan.

2. Metodologi penciptaan pertunjukan teater; bagaimana pertunjukan itu diciptakan.

3. Fungsi pertunjukan teater; bagaimana pertunjukan teater itu berperan dalam konstelasi sosial budaya.

4. Tujuan pertunjukan teater; cita-cita apa yang akan diraih atau dunia ideal apa yang hendak diwujudkan.

Baca Juga: Mesra, Ariel Noah dan BCL Duet di Java Jazz Festival 2023. Ariel: Enam Kali Dia Bilang I Love You

Itulah pengertian dari ideologi capaian estetika yang penting dalam sebuah pertunjukan teater.***

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x