Walaupun masih di masa pandemi, namun saya yakin bahwa semangat jihad kita semua masih utuh dan terus berkobar demi merengkuh takwa.
Teman-teman santri hingga hari ini masih semangat bangun Subuh, melaksanakan Shalat Tahajud, belajar membaca kitab kuning, belajar berpidato Bahasa Arab, serta memperbanyak hapalan Quran.
Sungguh! Pesantren adalah tempat yang penuh ilmu karena di sini kita bisa belajar dan beribadah bersama-sama demi meraih surganya Allah SWT.
Meski kita jauh dari orang tua, tapi yakinlah bahwa Ayah dan Bunda selalu mendoakan yang terbaik untuk kita.
Di sisi lain, mereka selalu berharap agar kita bisa menjadi seorang santri yang saleh dan mandiri.
Pada dasarnya, santri yang saleh itu bukan sekadar santri yang beribadah melainkan santri yang mau terus memperbaiki diri, menata hati, menata iman, dan berusaha menggapai takwa.
Selain beribadah, akhlak dan kepribadian juga merupakan hal utama. Bahkan Nabi Muhammad SAW saja diutus oleh Allah tiada lain ialah untuk menyempurnakan akhlak. “Innamal bu’istu li utamimma makarimal akhlak”.
Demi menjadi santri yang saleh, kita perlu menyeimbangkan ibadah dengan muamalah, dunia dan akhirat, serta kepentingan pribadi, keluarga, dan negara.
Apakah kepentingan negara juga penting? Tentu saja.