KABAR PRIANGAN - Munggahan merupakan tradisi dalam budaya Sunda yang dilakukan menjelang bulan Ramadan sebagai bentuk silaturahmi dan persiapan menyambut bulan suci yang sebentar lagi dijalani. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, persaudaraan, dan gotong royong dalam masyarakat Sunda.
Jadi, konsep "munggah" mengandung arti perubahan menuju hal yang lebih baik, khususnya dalam konteks peralihan dari bulan Syaban menuju Ramadan. Tradisi turun-temurun Munggahan tersebut bermaksud untuk meningkatkan tingkat keimanan ketika sedang menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan.
Secara harfiah, kata "munggahan" berasal dari bahasa Sunda, khususnya dari kata "munggah" yang memiliki arti "naik". Dalam konteks tradisi Munggahan, kata ini diartikan sebagai langkah menuju bulan suci yang dianggap memiliki tingkat spiritualitas yang lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Konsep ini menggambarkan perjalanan atau naiknya individu menuju kedekatan spiritual dengan Allah SWT.
Menyambut Ramadan momen yang penuh berkah
Munggahan dipahami sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas kedatangan bulan Ramadan, momen yang penuh berkah. Selain itu, munggahan juga diartikan sebagai usaha untuk membersihkan diri dari segala hal buruk yang mungkin terjadi selama setahun sebelumnya.
Baca Juga: Makan Nasi Liwet Bareng Isi Momen Munggahan para Pedagang di Camis, Puasa Tetap Berjualan
Proses pembersihan ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga bersifat spiritual dan mental, menciptakan kesiapan untuk menjalani ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan kebersihan batin.
Kebiasaan yang umum dilakukan oleh masyarakat menjelang Ramadan adalah membersihkan makam dan melakukan ziarah ke makam keluarga. Tindakan ini merupakan wujud perhatian dan penghormatan terhadap orang-orang tercinta yang telah meninggal dunia. Para peziarah biasanya melakukan serangkaian aktivitas seperti menaburkan bunga warna-warni dan menyiramkan air ke makam keluarga, sambil mengiringi proses tersebut dengan doa-doa.