Kiprah Angga Surangga dalam Bermusik, Awalnya Didorong Teman Jadi Personel Band di Antapani Bandung

5 September 2023, 20:55 WIB
Angga Surangga, peran besar dirinya menjadi musikus karena sang ayah, Djoko Prihatna Kadir, yang juga musisi idolanya.*/kabar-priangan.com/Dok. Angga Surangga /

KABAR PRIANGAN - Domba Syetan, film berbahasa Sunda karya sineas muda Angga Surangga ikut serta dalam ajang Bali International Short Film Festival 2023. Festival film pendek bertajuk Minikino Film Week 9 2023 yang akan digelar di Bali pada 15-23 September mendatang itu diikuti
lebih dari 275 film pendek dari 69 negara.

Selain menyampaikan rasa syukur, Angga Surangga mengaku kaget Domba Syetan dapat ikut dalam ajang internasional tersebut. Pria yang telah melahirkan sejumlah film panjang dan pendek itu tak menyangka karena ia tak mendaftarkan film tersebut, namun ada temannya yang tanpa
sepengetahuan dirinya mendaftarkan.

Selama ini, selain sebagai sineas Angga Surangga juga ternyata penulis dan musikus. Sosok kelahiran Limbangan, Kabupaten Garut, 5 Mei 1985 yang dibesarkan di Antapani, Kota Bandung, itu telah menerbitkan tiga buku berupa novel, cerpen, dan puisi. Adapun sebagai musikus ia
menciptakan sejumlah lagu, bahkan lagu Bisa Gila menjadi soundtrack webseries Nikah Milenial.

Baca Juga: Profil Angga Surangga, Sutradara Film Berbahasa Sunda 'Domba Syetan' Asal Garut: Sineas, Musikus, Penulis

Menurut Angga, peran besar dirinya menjadi musikus karena sang ayah, Djoko Prihatna Kadir, yang juga merupakan musisi idolanya. Ayahnyalah yang mengenalkan Angga pada musik. Dari usia lima tahun ayahnya di rumah selalu menyalakan tape dan mendengarkan lagu-lagu dari pita kaset. Saat itu lagu dari The Beatles, Queen, Rhoma Irama, Bimbo, sampai Chrisye dan Broery Marantika disetel ayahnya. Ia juga ikut mendengar dan menyukainya. Dulu ayahnya seorang penyanyi dan pemain bass grup band di Buah Batu, Kota Bandung.

Punya Band karena Bully

Angga menyebutkan, awal mula dirinya terjun ke dunia musik karena "dirisak" (bully) saat masih duduk di bangku SMA. Soalnya, dirinya satu-satunya orang yang tidak bisa bermain gitar. Tapi ternyata dari bully-an itulah ia bisa berkiprah di dunia musik. "Suatu hari ada teman yang bilang begini, 'Si Angga bisa apa? main gitar juga enggak becus, wajahnya kurang menjual jadi musisi, dan lainnya,' he he," kata Angga saat wawancara dengan kabar-priangan.com/Harian Umum Kabar Priangan, Selasa 5 September 2023.

Salah satu aksi panggung Angga Surangga.*/kabar-priangan.com/Dok. Angga Surangga

Ia pun didorong teman-temannya menjadi personel salah satu band di Antapani. "Saat itu membawa dan angkat-angkat gitar sering saya lakukan. Sekarang bandnya sudah bubar," ucap alumni TK Aisiyah Bandung, SD Muhammadiyah 7 Bandung, SMPN 37 Bandung, dan SMA Pasundan 7 Bandung itu.

Baca Juga: Profil Angga Surangga, Sutradara Film Berbahasa Sunda 'Domba Syetan' Asal Garut: Sineas, Musikus, Penulis

Dari situlah pada tahun 2002 ia mulai membuat band. Angga sebagai vokalis, mencari personel dari gitaris sampai drummer hingga akhirnya punya band sendiri yang dinamai La Kepri. Semua personel band tersebut adalah teman sekolahnya yang berdomisili di sekitar Jalan Cemara, hanya
Angga yang berasal dari Antapani. Ketika itu La Kepri masih meng-cover lagu-lagu band Inggris, Amerika Serikat, dan Australia semisal Radiohead, Oasis, Greenday, Blink 182, dan Silverchair. "Biasanya latihan band sepulang sekolah," ucap pria bernama lengkap Raden Bagus Angga Ariefianto itu.

Seiring berjalannya waktu, setelah lulus SMA dirinya membuat dua grup band yaitu band bersama teman-temannya dari Unikom Bandung, dan band di kampusnya sendiri FPOK UPI Bandung. Ia pun memulai membuat lagu dan berani membawakannya di panggung. Dimulai tahun 2010 lagu pertamanya yang ia buat berjudul Dunia Maya. Lagu disertai video klip lagu tersebut sudah ada di Youtube.

Penampilan Angga Surangga bersama bandnya.*/kabar-priangan.com/Dok. Angga Surangga

Hingga kini sudah ada 12 lagu yang ia hasilkan. Sebanyak delapan video klip ia buat bersama Eko Susanto, sahabatnya saat dulu kuliah di Ikopin Jatinangor. Lagu-lagu yang sudah dibuat disertai video klipnya di Youtube berjudul Bisa Gila, Dunia Maya, Muak, Kalau Galau, Seperti Romi dan Yuli, Sang Perisak Perisau, A.S.U (Akan Selalu Usaha), Asmarariya, Sunyi, dan Risiko Tampan.

Baca Juga: Capai Tiga Digit, Segini Tarif Para Artis Promosikan Judi Online, Wulan Guritno Segera Diperiksa Mabes Polri

Lantas bagaimana proses kreatif Angga membuat musik dan lirik lagu-lagunya? Ternyata cukup unik. Angga mengaku tidak bisa bermain alat musik apa pun sehingga dirinya melibatkan tiga temannya yakni Eko Susanto, Sunan Kusuma, dan Guntur Ranggawan Putra. Ketiganya membantu menerjemahkan musik dan irama yang Angga inginkan melalui mulutnya agar musiknya bisa "ngeblend" dengan lirik yang ia buat. "Mereka bertiga yang sibuk membaca mulut saya yang mengeluarkan seolah itu adalah suara rhytm gitarnya nanti begitu, suara melodinya begini," kata Angga.

"Proses kreatif selalu terjadi di ruang tamu, biasanya sambil ngopi dan makan kuaci karena kuaci camilan kesukaan saya, he he," ucap ayah satu putra dari pernikahan dengan Gita Pratiwi itu, menambahkan.

Harus Saling Menguntungkan

Rencananya, Angga ingin memasukkan lagu-lagu karyanya ke platform digital. Saat ini ia sedang mencari publisher dan aggregator yang harus menguntungkan kedua belah pihak. "Jadi antara saya yang membuat lagu dan pihak yang membantu memproduksi serta memasarkan saling menguntungkan. Tentu saja personil band saya harus ikut kebagian untungnya, win-win solution, simbiosis mutualisme," kata Angga.

Baca Juga: Truk Bermuatan Pupuk Kandang Terguling dan Menimpa Pemotor di Garut

Angga menilai platform digital lebih memungkinkan. Soalnya, membuat album berwujud compact disc saat ini sudah kurang bagus penjualannya di pasaran kalau niatnya industri atau mainstream. Kecuali tujuannya hanya untuk memoriable atau merchandise karena zaman sekarang sudah serbadigital.

Karena itu saat ini ia memulai membuat grup baru bernama Telepoison. "Terakhir sih saya solois makanya semua video klip di Youtube memakai nama Anggara Surangga," ucapnya.

Ia menyebutkan awalnya agak trauma membuat band lagi yang ujung-ujungnya ia bubarkan  karena selalu saja ada segelintir orang di dalam band yang tidak bisa berkarya tetapi lebih banyak bicara. "Biasalah dinamika berkarya bersama. Kalau melibatkan banyak orang lebih dari satu biasa begitu barangkali ya karena harus menyatukan lima sampai tujuh kepala jadi satu kesatuan," ucap Angga.

Baca Juga: Cerita Kepala Sekretariat PWI Jawa Barat Wawan Ruswana Jadi Wartawan Lebih dari 35 Tahun, Berikan Pesan Begini

Ditambahkan Angga, bukan berarti dirinya tidak menerima perbedaan, tapi seluruh karya ia yang membuat. Belum lagi biaya yang dikeluarkan. "Saya yang keluar modal paling besar di band, sampai dahulu saya jual motor pemberian bapak saya untuk rekaman he he," tuturnya.***

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler