Citra thermal mengindikasikan pada periode 4-9 Desember 2022 bernilai 15 MW hingga 27 MW yang mengindikasikan terdapat penumpukan material pijar di sekitar permukaan kawah.
Anomali SO2 dari citra Aura/OMI justru terlihat pada tanggal 2 Desember 2022 sebesar 1.78 Dobson Unit dan Pada saat ini hanya teramati sebesar 0.62 DU (lampiran 3).
Pasca deformasi inflasi yang disertai erupsi 4 Desember 2022, deformasi Gunung Semeru hingga saat ini sudah menunjukkan penurunan dari instrumen tiltmeter (lampiran 2 dan 3).
Dalam keterangan resminya, PMVBG mengatakan bahwa potensi ancaman bahaya Gunung Semeru saat ini berupa berupa banjir lahar. Banjir lahar ini bisa terjadi apabila material hasil erupsi dan APG tercampur dengan intensitas hujan tinggi terutama di sungai yang berhulu di puncak yaitu di Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Sat, serta anak-anak sungai di sekitarnya.
Namun PVMBG menjelaskan bahwa tingkat aktivitas Gunung Semeru ini akan ditinjau kembali jika terdapat kemunculan gempa-gempa vulkanik dan deformasi yang berkaitan dengan proses supply magma ke permukaan (gempa Low Frequency, Tremor, Tiltmeter dan GPS) dalam kecenderungan yang signifikan.
Baca Juga: Siaran Langsung Maroko vs Portugal Malam Ini di SCTV. Simak Jadwal Acara SCTV Sabtu 10 Desember 2022
Walaupun status Gunung Semeru sudah diturunkan dari Level IV ke Level III (Siaga), PVMBG tetap menghimbau agar masyarakat melakukan hal berikut ini:
1.Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan dan Kali Lanang sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas di sungai dan tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak (lampiran 5).