Abdul Muhari yang akrab disapa Aam ini juga meminta agar warga untuk memastikan kondisi struktur bangunan pascagempa.
“Tetap waspada terhadap potensi gempa susulan. Dampak korban jiwa dapat dipicu bukan karena fenomena gempa tetapi reruntuhan bangunan yang tidak tahan gempa,” jelas Aam.
Aam juga meminta agar masyarakat tidak mudah terpancing oleh berita palsu atau hoaks yang biasanya tersebar melalui media sosial.
Sementara itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam keterangan resminya, berdasarkan data Badan Geologi sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi hingga rendah.
Gempa yang mengguncang Kabupaten Kepulauan Tanimbar ini dilaporkan telah menyebabkan tsunami tercatat di Seira 9 cm, Larat 5 cm.
Menurut data Badan Geologi pantai di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya tergolong rawan tsunami, dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 2 m.
Untuk diketahui berdasarkan catatan Badan Geologi kejadian tsunami pernah melanda wilayah di sekitar Laut Banda pada tahun 1629, 1852, 1938 dan 1975.
Kejadian gempa di Maluku ini menurut PVMBG tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.