KABAR PRIANGAN - Strict parents adalah sebutan untuk orangtua yang menerapkan pola asuh secara otoriter. Artinya selalu menuntut, tetapi tidak responsif pada anak.
Orangtua dengan tipe strict parent biasanya memiliki harapan dan standar yang sangat tinggi terhadap anak namun sangat kecil pemberian umpan balik dan pola asuh yag benar.
Setiap kesalahan cenderung dihukum dengan keras tanpa pengendalian diri dan mengajarkan anak untuk menata perilaku mereka sendiri.
Baca Juga: Heboh di Media Sosial, Arawinda Kirana Pemeran Film Yuni Dituding Sebagai Pelakor
Dikutip dari www.sehatq.com, berikut adalah sejumlah karakteristik strict parents yang mungkin tidak disadari oleh banyak orangtua.
1. Menuntut, tapi tidak responsif
2. Minim kasih sayang
3. Menerapkan terlalu banyak aturan
4. Memberikan hukuman fisik
Baca Juga: ACT Garut Masih Tetap Beroperasi: Masih Banyak Warga Miskin Perlu Bantuan
5. Tidak memberikan pilihan pada anak
6. Tidak mempercayai anak
7. Mempermalukan anak
8. Tidak meluangkan waktu untuk anak
9. Kerap Memberikan Ancaman
10. Membuat Terlalu Banyak Peraturan
Baca Juga: Polisi Tangkap Buronan Arisan Bodong asal Garut di Kalimantan
Hal-Hal yang Membuat Orangtua Menjadi Strict Parents
Pengasuhan otoriter yang diterapkan strict parents seringkali bukanlah sesuatu yang dilakukan dengan sengaja namun ada beberapa faktor penyebab yang memicu mereka menerapkan pola asuh seperti ini, yaitu:
1. Punya pengalaman yang sama
2. Memiliki kepribadian yang kurang menyenangkan
3. Tingkat Neurotisme (dimensi kepribadian yang menyangkut kestabilan emosi) yang tinggi
Dampak buruk yang dapat dialami anak yang diasuh oleh strict parents adalah:
- Merasa takut atau terlalu malu saat di sekitar orang lain.
- Mengaitkan kepatuhan dan kesuksesan dengan cinta.
- Mudah menyesuaikan diri, tapi juga mengalami depresi dan gangguan kecemasan.
- Memiliki perilaku yang lebih agresif terhadap orang lain.
- Memiliki perilaku prososial lebih sedikit.
Baca Juga: Liga 1 Indonesia akan Segera Dimulai, Pelatih Persib: Daisuke Sato dalam Kondisi Prima
- Mengalami kesulitan dalam situasi sosial karena kurangnya kompetensi sosial.
- Memiliki harga diri yang lebih rendah.
- Memiliki gejala masalah kepribadian seperti hiperaktif dan masalah perilaku.
- Kesulitan dalam mengendalikan diri.
- Anak menjadi sering berbohong.
- Memiliki masalah perilaku antisosial.
- Tidak bahagia.***