KABAR PRIANGAN - Teriakan seperti "Diteureuy getihna" dan "Dikecrok polona" dari para senior atau panitia ospek (kini namanya menjadi Pengenalan Kehidupan Kampus untuk Mahasiswa Baru) yang identik dengan kegiatan awal perkuliahan kampus, saat ini hanya menjadi kenangan.
Sebab, kegiatan seperti perpeloncoan, sedikit kekerasan dan lainnya telah lama dilarang di kampus.
Namun tak sedikit alumni ospek yang justru bersyukur karena sempat mendapat kesan mendalam di kampus saat ditempa ospek model zaman kolonial yang identik dengan bentakan, hukuman berat cenderung kasar tanpa tendeng aling-aling.
Baca Juga: Keren! Film Ngeri-Ngeri Sedap Wakili Indonesia di Piala Oscar 2023
Herizon Januar Putra, ketua Ikatan Alumni Manajemen '89 Fakultas Ekonomi (Ika Manajemen 1989 FE) Unsil Tasikmalaya misalnya, mengaku mendapatkan banyak manfaat dan kesan tak terlupakan dari kegiatan kampus itu.
Selain bisa bersikap tegas dalam mendidik anak-anaknya, sikap tegas juga biasa ia terapkan di lingkungan tempat ia bekerja. Menurut Herizon JP maupun Deni Gunawan, rekannya,
terdapat dua orang senior yang paling galak saat ospek
yakni H. Arif Surachman yang kini menjadi Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Tasikmalaya dan H. Budi Wahyu, kini menjadi pengurus Yayasan Unsil yang menaungi Universitas Perjuangan.
Baca Juga: Lama Tak Diperbaiki karena Tak Ada Biaya, Dapur Rumah Warga Kertahayu Ciamis Ambruk