Sebagian Besar Tunanetra di Kota Tasikmalaya Sulit Mengenali Nominal Uang, Rentan Terpedaya Saat Transaksi

- 23 November 2022, 23:13 WIB
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru PAUD UPI Kampus Tasikmalaya Syifa Azkia Purwanti menunjukkan uang yang ditempeli huruf braile untuk memudahkan penyandang tunanetra mengenali nominal uang.*
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru PAUD UPI Kampus Tasikmalaya Syifa Azkia Purwanti menunjukkan uang yang ditempeli huruf braile untuk memudahkan penyandang tunanetra mengenali nominal uang.* /Kabar-Priangan.com/Irman S

KABAR PRIANGAN - Dukungan dan perhatian untuk menopang kemandirian masyarakat kalangan disabilitas termasuk para tunanetra tampaknya harus terus diperkuat.

Soalnya, dalam hal pengenalan uang juga sebagian besar tuna netra misalnya belum paham, kendati ada coding berupa garis timbul di bagian pinggir di setiap uang kertas baru.

Hal itu diungkap Syifa Azkia Purwanti, salah seorang mahasiswi jurusan Pendidikan Guru PAUD UPI Kampus Tasikmalaya yang tengah melakukan penelitian tentang pengenalan uang bagi kalangan tuna netra di sejumlah sekolah luar biasa (SLB) di Kota Tasikmalaya.

Baca Juga: Jelang HUT ke-77 PGRI, Ribuan Tenaga Kependidikan di Kota Tasikmalaya Semarakkan Jalan Sehat Berhadiah Motor

Menurutnya, coding yang menjadi komitmen Bank Indonesia (BI) sebagai bentuk inklusi keuangan perlu sosialisasi masif atau malah coding diganti Braille. Karena saat responden tunanetra dicoba dengan menempelkan hurup braile dalam penelitiannya, mereka bisa gampang mengenalinya.

"Sosialisasi terkait pengenalan uang bagi tunanetra saya harap lebih masif dilakukan. Kalau untuk uang baru yang kembarannya masih jaleger, ada sebagian kecil yang tahu. Tetapi ketika kualitas uang sudah lecek, mereka mengalami kesulitan dan tak lagi bisa menerka nominal uang tersebut," kata Syifa, Rabu 29 November 2022.

Praktisi pendidikan SLB, Aris Rahmam, MPd, dan Ibnu Aqsyn sepakat agar pihak terkait memberi perhatian khusus dalam pengenalan nominal uang untuk tunanetra dalam mendorong kemandirian para disabilitas, terutama tunanetra.

Baca Juga: Jangan Lewatkan Duel Belgia vs Kanada Dini Hari Nanti di SCTV. Ini Jadwal Acara SCTV Kamis 24 November 2022

Karena kalau dibiarkan tidak paham, mereka rentan terperdaya baik saat akan bayar angkutan umum, transaksi jual beli atau lainnya. "Saya pernah juga mendapat keluhan dari tuna netra yang berprofesi sebagai pelaku usaha jasa pijat. Mereka acapkali menerima upah yang tidak sesuai dengan apa disepakati," ujar Ibnu.

"Belum lagi untuk membedakan mana uang asli dan palsu," kata Ibnu menambahkan.

Menurut Aris, meskipun jumlahnya sedikit, keberadaan tunanetra harus mendapat perhatian sama. Memang seingat Aris, dirinya pernah mendengar ada sosialisasi uang baru untuk perwakilan guru SLB terkait karakter uang baru.

Baca Juga: Pabrik Tahu di Ciawi Tasikmalaya Dilalap Si Jago Merah, Teriakan Kebakaran Awalnya Disangka Gempa

Namun hal itu tampaknya tidak lantas tersosialisasikan kepada sebagian besar guru lainnya, sehingga para guru pun belum tahu dalam menjelaskan kepada para peserta didiknya. Terutama untuk pelajar yang sudah tuna netra sejak lahir.  "Kalau untuk tunanetra yang sempat melihat sebelum menjadi tunanetra, relatif lebih gampang," ujar Aris.

Makanya, dirinya berharap BI atau stakeholder lain di bidang keuangan bisa lebih mendalami kalangan disabilitas untuk kemudian bisa diaplikasikan dalam sebuah kebijakan yang benar-benar ramah difabel.

"Jika kebijakan coding dianggap atau diklaim ramah difabel, ya sosialisasinya kepada para penyandang tunanetra bisa lebih masif alias tidak setengah hatilah," kata Aris.*



Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah