Pada masa ini bahasa Sunda dipengaruhi oleh kebudayaan dan pendidikan Barat melalui kolonialisme. Karena pengaruh interaksi budaya, maka bahasa Sunda pun bercampur-campur dengan bahasa Jawa, Arab, Melayu, dan Belanda.
Bahasa-bahasa tersebut saling pengaruhi dan berdampak pada perkembangan masing-masing bahasa di Nusantara/Indonesia.
Ketika Jepang datang menjajah pada tahun 1942-1945, hal-hal bernuansa kedaerahan dibatasi, termasuk penggunaan bahasa Sunda baik lisan maupun tulisan.
Sebagai gantinya, Jepang mewajibkan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di sekolah dan percakapan resmi di pemerintahan.
Baca Juga: Kaya Manfaat! Inilah Resep Puding Kurma Saus Karamel Bisa Dijadikan Hampers Ramadhan
Kelima, bahasa Sunda periode tahun 1945 sampai sekarang. Setelah kemerdekaan, posisi bahasa Sunda bergeser karena adanya anjuran dan kewajiban mengutamakan bahasa Indonesia, misalnya bahasa pengantar di sekolah dan bahasa resmi di pemerintahan.
Di sisi lain, majalah dan buku-buku bahasa Sunda semakin banyak diterbitkan khususnya di masa awal-awal kemerdekaan. Sejalan dengan itu, penelitian mengenai bahasa dan sastra Sunda semakin digalakan.
Pada tahun 1952 diadakan konferensi bahasa Sunda yang salah salah satu poinnya adalah lahirnya Lembaha Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS) yang kemudian menyelenggarakan Kongres Bahasa Sunda secara berkala sejak tahun 1954.
Baca Juga: Mudik Gratis 2023 Bersama Jasa Raharja, Berikut Syarat dan Cara Daftarnya!