Petani Muda Tasik Mulai Lirik Usaha Budidaya Bunga Matahari

17 Juli 2021, 06:14 WIB
IIP berdiri di antara jajaran pohon bunga matahari yang baru berumur 55 hari. * /kabar-priangan.com/Irman Sukmana/

KABAR PRIANGAN - Sejumlah petani milenial di wilayah Priangan Timur mulai Garut, Tasikmalaya dan Ciamis mulai meretas mimpi untuk memanfaatkan setiap peluang usaha di lini usaha yang satu ini. Pengembangan usaha budidaya bunga matahari menjadi salah satu pilihan yang dikembangkan para petani.

Sedikitnya sepuluh hektar lahan di Jawa Barat kini telah dihiasi bunga matahari. Sebagai tahap awal, mereka fokus memenuhi pasar dalam negri, terutama untuk produksi kuaci.

Apalagi kebutuhan akan biji matahari cukup besar dan hingga kini belum bisa terpenuhi. Saat ini kebutuhan akan biji bunga matahari untuk produksi kuaci nasional mencapai seribu ton per bulan.

Baca Juga: Demo PPKM Darurat Covid-19 di Kota Banjar Diwarnai Kericuhan

Sementara untuk mencapai seribu ton, dibutuhkan minimal lahan seluas 400 hektar.

Melihat besarnya peluang itu membuat Iip Irfan, salah seorang petani muda dari Kampung Sindangjaya, Desa/kec Padakembang  Kabupaten Tasikmalaya tergerak memulai produksi. Apalagi ada semacam komitmen harga dari PT Tiga Jawara memberi jaminan pasar sekaligus menyuplai benihnya.

"Ketika pasar sudah jelas dan ada semacam komitmen harga yang disepakati, hal itu jelas menjadi langkah awal yang baik karena persoalan usaha pertanian, biasa terkendala di harga, dimana harga kebanyakan ditentukan mekanisme pasar yang acapkali sangat merugikan petani, " Ujar alumni sastra Arab MAN Sukamanah ini.

Dia berprinsif, setelah ada celah pasar yang jelas, baru dijajagi harga, dilakukan analisa usaha, kemudian perjanjian kerja sama baru terakhir produksi. "Hal itu penting karena kan selama ini, petani selalu gambling dalam merintis usahanya. Apalagi yang usahanya kepo-kepoan alias latah dengan tren yang dikerjakan banyak orang, " ujar dia.

Baca Juga: Pura-pura Pinjam HP Milik Siswa SMP, AN Diamankan Polisi

Sejak dirintis di awal tahun, Iip mengungkapkan bahwa minat masyarakat untuk melakukan budidaya mulai tumbuh. Setidaknya, kini sudah ada sekitar 3,5 hektar yang ditanami bunga matahari di kab. Tasikmalaya serta beberapa hektar di Garut dan Ciamis. "Kalau se Jabar kira-kira sudah ada sepuluh hektar, " Ujar dia.

Iip yang juga salah seorang dewan pengajar di pesantren modern Miftahul Hidayat mengatakan bahwa usaha budidaya bunga matahari bisa menjadi andalan usaha. Satu pohon bunga matahari bisa menghasilkan 2-4 ons biji matahari. Artinya dengan asumsi satu hektar ditanani 45.000 pohon, maka bisa menghasilkan rata-rata 8 sampai 10 ton biji matahari.

Dengan asumsi komitmen harga Rp 18.000 per kilogram, maka akan diperoleh penghasilan kotor sebesar sekitar Rp 150 juta. Dengan biaya operasional selam rentang 105 hari produksi yang mencapai Rp 80 juta, maka penghasilan yang diperoleh bisa mencapai Rp 70 jutaan.

Baca Juga: Pendistribusian Bansos PPKM Darurat di Wilayah Hukum Polres Sumedang

Jadi Potensi margin keuntungannya cukup besar,," Ujar pemuda yang sempat masuk nominasi petani berprestasi nasional tahun 2019 itu.

Selain di Padakembang, terdapat lahan yang lebih luas di Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya yang turut ia kelola. "Kalau di Padakembang ini kita proyeksikan sebagai kawasan eduwisata sekaligus laboratorium. Tahap pertama sudah panen dengan hasil yang mendekati ekspektasi, " kata Iip.

Ke depan kawasan itu akan dikembangkan sebagai kawasan eduwisata dengan mengkombinasikanya dengan budidaya madu teweul, pengembangan beragam jenis tanaman hortikultura, serta tanaman lain yang bermanfaat.

Ketua KTNA Kab. Tasikmalaya Sambas mengapresiasi inovasi dan keberanian petani milenial dalam memanfaatkan peluang usaha di segmen pertanian. Menurutnya, langkah Iip yang berani keluar dari zona nyaman diharapkan mampu memotivasi milenial lain maupun generasi Z untuk melirik lini usaha pertanian.

Baca Juga: Pemkab Garut Gelar Doa Bersama Minta Sang Khalik Akhiri Pandemi Covid- 19

"Mudah-mudahan kehadiran Iip dkk pu bisa memacu regenerasi pelaku usaha tani dan mendorong kesejahteraan petani di masa depan, " ujar Sambas.

Selain mengincar pasar koacinya, Iip pun mulai menjajagi ceruk pasar lain yang bisa dihasilkan dari budidaya bunga matahari. Salah satunya adalah minyak bunga matahari.

Apalagi pasar ekspor minyak bunga matahari masih cukup terbuka. Menurut Iip, buyer Islandia dan Eropa sudah membuka ruang untuk menampung minyak biji matahari dengan harga di kisaran 18 dollar per liter .
"Hanya kami setahap, demi setahap dulu lah. Mohon doa nya, usaha yang tengah kami rintis bisa berjalan lancar dan hasil yang jadi berkah buat semua, " ujar dia. ***

Editor: Teguh Arifianto

Tags

Terkini

Terpopuler