Domba Syetan, Film Berbahasa Sunda Karya Angga Surangga Masuk Festival Film Pendek Internasional di Bali

3 September 2023, 20:19 WIB
Angga Surangga (kiri) dan poster film Domba Syetan yang ikut dalam festival film pendek internasional di Bali, 15-23 September 2023.*/kolase kabar-priangan.com/Dok. Angga Surangga /

KABAR PRIANGAN - Domba Syetan, sebuah film karya sineas muda Angga Surangga ikut serta dalam festival film pendek internasional bertajuk Minikino Film Week 9 2023. Ajang yang akan digelar di Bali pada 15-23 September mendatang tersebut diikuti banyak peserta dari berbagai negara.

Diketahui, peserta dari Indonesia berasal dari berbagai provinsi. Sedangkan dari Jawa Barat lima orang termasuk Angga Surangga. Meski berdomilisi di Bandung, Angga merupakan perwakilan Kabupaten Bogor.

Saat dihubungi, Angga Surangga membenarkan film karyanya ikut serta dalam ajang bergengsi itu. Ia mengaku tak menyangka, apalagi Domba Syetan didaftarkan ke ajang tersebut bukan olehnya, namun ada temannya yang tanpa sepengetahuannya mendaftarkan.

Baca Juga: Cerita Pengalaman Jajal KCIC Kereta Cepat Jakarta Bandung, Ini Sejumlah Catatan Ketua Harian YLKI Tulus Abadi

"Alhamdulillah, abdi oge teu nyangki. Aya nu ngalebetkeun sihoreng teh ti Bogor, he he (Saya juga tak menyangka. Ada yang mendaftarkan ternyata dari Bogor, he he)," katanya kepada kabar-priangan.com/Harian Umum Kabar Priangan, Rabu 30 Agustus 2023 malam.

Film Berbahasa Sunda

Film Domba Syetan yang diproduksi Telepoison Film bekerja sama dengan Bale Film menggunakan dialog Bahasa Sunda. Syarat film pendek yang ikut dalam festival tersebut diantaranya berdurasi 15-20 menit, harus ada teks Bahasa Inggris dan menonjolkan budaya daerah.

Angga sengaja menggunakan Bahasa Sunda bukan Bahasa Indonesia selain karena dirinya urang Sunda, juga ingin lebih mengenalkan Sunda dan kebudayannya ke dunia internasional. "Saya bangga dengan daerah saya, kebudayaan saya, asal-usul saya. Ini juga dalam upaya melestarikan budaya Sunda margi lamun henteu dimumule ku urang nya ku saha deui (kalau tak dilestarikan oleh kita ya olah siapa lagi). Salah satunya melalui film," ujarnya.

Baca Juga: Nabila Maydini Putri asal Tanjungsari, Terpilih Jadi Juara 1 Duta Pariwisata Sumedang

Pria berusia 38 tahun kelahiran Limbangan Garut, 5 Mei 1985, itu merasa prihatin melihat kian terdesaknya Bahasa Sunda. Di Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat yang merupakan puseur (pusat) administratif Tatar Pasundan saat ini, pemakaian Bahasa Sunda kian terdesak. "Di kafe, di angkot padahal orang Sunda tapi ngobrolnya sudah lu gue, bagaimana nasib Bahasa Sunda kalau ngobrol Bahasa Sunda saja oleh temannya disebut kampungan. Itu di Bandung, apalagi daerah perbatasan atau penyangga ibu kota," ucap Angga dalam Bahasa Sunda.

Trailer Domba Syetan ada di Youtube. Film pendek fiksi yang berdasarkan kisah nyata itu menceritakan tentang orang-orang yang overthinking atau suuzon. Pemeran utamanya adalah Ridho R Falah sebagai Asep, dengan pemeran pembantu utama Jaenal Fikri (Acil) dan M Irvan Agustian (Ugil). Awalnya tiga sahabat itu ngobrol-ngobrol di saung jangkrik yang lokasinya di sebelah makam. Asep curhat kepada Acil dan Ugil. Namun karena Asep mempunyai pikiran over thinking, domba setan itu masuk ke pikirannya.

Pesan dari film itu yang disampaikan kepada penonton, agar jangan overthinking karena akan mencelakakan diri sendiri. "Jadi bagaimana akan positive thinking kepada Allah SWT jika kepada orang lain atau kepada tetangga juga suuzon. Bagaimana Allah akan memberi rido-Nya jika kita suuzon, selalu iri, yang nantinya menimbulkan kufur nikmat. Ketika kufur nikmat terjadi sangat berbahaya karena kufur itu mendekati kafir," ucap penulis novel Asmarariya yang diterbitkan Langgam Pustaka Tasikmalaya itu.

Baca Juga: Ini Klasemen Setelah Persib Tahan Persija di Bekasi, David da Silva: Laga Tandang Kami Tetap Fight!

Suting di Ciampea Bogor

Selain sebagai sutradara, dalam film Domba Syetan, Angga juga sebagai produser dan membuat sound track berjudul Sang Perisak Perisau. Film berdurasi 15 menit bergenre horor tersebut diproduksi tahun 2021 melibatkan tujuh orang aktor termasuk Angga sendiri. Penggarapannya satu hari dengan lokasi suting di Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Menurut Angga, pertimbangan memilih kota hujan karena suting di daerah tersebut banyak kemudahan ketika dirinya mendapat keterbatasan. Ia menyebutkan, niatnya berkarya bukan untuk materi dan popularitas, tapi bekerja diniatkan untuk ibadah agar dapat bermanfaat bagi semua orang.

"Hidup itu adalah seni menunggu mati, dan seni itu adalah senjata, senjata untuk berjuang di jalan Allah. Kalaupun karya saya mendapat apresisi dari orang lain itu hanyalah bonus," ucap ayah satu putra yang beristrikan Gita Pratiwi itu.***

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler