Viral! Jembatan Akar Santoaan Cigalontang Disebut-sebut Mirip Latar Film Jumanji

16 April 2021, 18:21 WIB
Jembatan akar pohon yang merambat di blok Santoaan tepatnya Kampung Tataru Desa Tenjonagara Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya kini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. /kabar-priangan.com/Aris MF/

KABAR PRIANGAN - Jembatan akar pohon yang merambat di blok Santoaan tepatnya Kampung Tataru Desa Tenjonagara Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya kini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Sebab jembatan akar yang melintasi sungai serta menghubungkan dua sisi daratan ini, layaknya seperti berada di latar belakang setting film hollywood Jumanji.

Sebab berbeda dari jembatan pada umumnya yang dibangun dengan menggunakan balok kayu, besi maupun beton, jembatan yang menjadi akses penghubung ke wilayah Kampung Kadugede Desa Sirnapurta Kecamatan Cigalontang ini sangat natural dan merupakan akar pohon karet yang telah merambat puluhan tahun lalu.

Baca Juga: Pegawai Kecamatan Jatinunggal Sumedang Diwajibkan Baca Al-Qur'an Sebelum Bekerja

Jembatan yang berada di atas sungai Cibangun ini diketahui merupakan jembatan akar satu-satunya yang ada di Tasikmalaya. Meski ada jembatan serupa di Baduy Banten dan Padang Sumatra Barat.

Akar pohon saling mengikat menjadi jembatan alami sehingga mirip dengan film Jumanji.*

Selain dimanfaatkan warga untuk melintas, jembatan akar ini pun kini kerap dipakai untuk berswafoto. Hal itu mungkin karena bentuknya yang unik dan tidak biasa. Posisinya terbentuk dari dua pohon karet yang saling berhadapan di tepi sungai.

Untuk menuju lokasi jembatan akar Kampung Tataru ini, bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari wilayah Kota Tasikmalaya.

Tiba di Kecamatan Singaparna, perjalanan dilanjutkan dengan tujuan kampung Mageung Desa Sirnasari Kecamatan Sariwangi.

Baca Juga: Warga Pangandaran Diimbau Waspadai Bibit Siklon Tropis 94W

Dari kampung itu, hanya butuh 700 meter menuju lokasi jembatan akar yang kerap disebut warga Jembatan Santoaan dengan terlebih dahulu melawati pematang sawah.

Salah satu warga kampung Tataru, Mugni (40) mengatakan, jika jembatan akar Santoaan sebenarnya tidak begitu saja terbentuk menjadi jembatan. Akan tetapi sengaja dibuat oleh warga sekitar 20 tahun lalu dengan bergotong-royong menyatukan akar dari pohon karet yang saling berhadapan dengan menggunakan kawat. Layaknya pohon yang dibonsay, maka akhirnya akar-akarnya saling menguatkan satu sama lain.

“Lama-lama akarnya itu saling mengikat satu sama lain, karena pohon ini masih berkembang atau hidup. Awalnya dibuatnya untuk sarana penyebarangan warga, karena harus melintasi sungai sementara tidak ada jembatan permanen," jelas Mugni.

Baca Juga: Sejumlah Rumah Makan Nekat Buka di Siang Hari, Pengunjung yang Lagi Nyemen Kocar-Kacir

Guna memudahkan dalam melintasi jembatan akar, warga juga memasang beberapa ikat bambu sebagai alas jembatan.

Sehingga jembatan Santoaan ini bisa bermanfaat dipakai warga untuk menyebrang dengan berbagai keperluan. Baik membawa hasil pertanian maupun penyebarangan siswa bersekolah.

“Panjangnya sekitar 10 meter, kalau untuk pohonnya warga di sini biasa menyebut karet kebo. Alhamdulilah jadi bermanfaat, “ kata Mugni.

Ditemui terpisah, Dayat (38) tokoh pemuda Desa Tenjonagara menuturkan, meski kabar adanya jembatan akar Santoaan baru sebatas postingan beberapa warga di media sosial, namun sudah banyak warga dari wilayah lain yang penasaran dan mendatangi lokasi jembatan.

Baca Juga: Melatih Kesabaran dengan Berpuasa

Mereka rata-rata datang dari Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis hingga Kabupaten Bandung. Biasanya mereka penasaran dan sengaja datang hanya ingin melihat jembatan akar.

"Kalau untuk destinasi wisata kita juga sedang merancang konsepnya seperti apa, kalau hanya menjual kondisi jembatan sepertinya tidak mungkin," kata Dayat.***

Editor: Teguh Arifianto

Tags

Terkini

Terpopuler