Seorang Anak di Kota Tasikmalaya Meninggal Usai Divaksin, Pagi Hari Sebelum Vaksinasi Terlihat Sehat

18 Januari 2022, 19:34 WIB
Seorang anak warga Kampung Sukasirna, Kelurahan Sukanagara, Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya, dimakamkan di pemakaman setempat. Sebelumnya ia meninggal di RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya.* /Kabar-Priangan.com/Asep MS

KABAR PRIANGAN  - Memasuki awal tahun 2022, masyarakat Kota Tasikmalaya harus mewaspadai wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegipti.

Seorang anak, DMZ (10), warga Kampung Sukasirna, Kelurahan Sukanagara, Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya, dikabarkan meninggal dunia di RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya akibat penyakit tersebut, Senin 17 Januari 2022 malam.

Sebelum meninggal, korban sempat mendapatkan suntikan vaksinasi di Kersamenak, Kota Tasikmalaya, Sabtu 15 Januari 2022. Seusai divaksin, korban mengalami kejang-kejang dan penurunan kesadaran sehingga dilarikan ke rumah sakit pada Minggu 16 Januari 2022.

Baca Juga: Tasikmalaya Jadi Tuan Rumah Turnamen Piala Soeratin U-15 dan U-13 Jabar, Pembukaan Digelar Kamis 20 Januari 

DMZ merupakan anak pertama dari pasangan Dede Budiman (40) dan Eka Rostika (34). Jajang Suhendar (50) kakak kandung Dede Budiman, mengatakan, dirinya tidak mengetahui anaknya terjangkit DBD karena kondisinya baik-baik saja.

"Termasuk pada hari pelaksanaan vaksinasi ia terlihat sehat bahkan pergi ke sekolah pun naik angkot bersama temannya," ujar Jajang, Selasa 18 Januari 2022.

Atas meningalnya DMZ, ujar Jajang, pihak keluarga telah menerimanya dengan ikhlas sebagai takdir dari Allah SWT. "Keluarga telah mengikhlaskannya, tidak akan menuntut siapa pun, ini murni kehendak Allah SWT," kata Jajang.

Baca Juga: Arteria Dahlan Menuai Badai, Urang Sunda Desak Megawati Segera Copot Jabatannya di DPR

Saat di konfirmasi, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya Uus Supangat membenarkan adanya anak yang meninggal dunia seusai mendapatkan suntikan vaksinasi.

Uus mengatakan awalnya anak tersebut diduga mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi murni (KIPI). Namun setelah mendapatkan pemeriksaan medis, ternyata ada penyakit lain yang mendasarinya sehingga fatalitasnya akut yang diakibatkan expandi dengue demam berdarah.

“Saya sudah bicara panjang lebar dengan dokter diphencyprone (DPCP), dokter penanggung jawab bagian perawatan intensif di RSUD. Termasuk dengan Ketua KIPI, juga dengan dokter spesialis anak," kata Uus.

Baca Juga: Menyeramkan! Keanehan Siluman Monyet di Sumedang, Sempat Terdengar Berbicara Layaknya Manusia

"Mereka menyampaikan bahwa setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ada penyakit lain yang mendasarinya,” ujar Uus, menambahkan.

Menurut Uus, menurut medis penyakit seperti itu dikenal dengan namanya KIPI koinsidens atau KIPI yang ada penyakit mendasarinya. "Jadi yang menyebabkan fatalitas pada anak tersebut belum bisa dipastikan karena imunisasi, namun akibat ada penyakit yang mendasarinya," ujarnya.

Kemudian, lanjut Uus, kenapa dikatakan sebagai expanded dengue syndrome, hal itu karena sudah menyebabkan kerusakan di beberapa organ yang ada di encephalopati, kemudian ada kegagalan akut pada hatinya ditandai denga SGOT dengan SGPT-nya sangat tinggi.

Baca Juga: Bisa Mendasari KIPI, Masyarakat Diminta Waspadai Wabah DBD

"Jelasnya sudah terjadi kegagalan akut pada liver kemudian juga terjadi encelopati. Artinya bahwa expanded dengue yang erjadi pada anak ini yang memang menyebabkan kematiannya," katanya.

Sehingga, ujar Uus, dalam kasus tersebut supaya dipahami oleh masyarakat jangan sampai ada pemahaman bahwa kasus ini karena KIPI murni atau tidak ada penyakit yang mendasarinya.

"Jangan sampai menyimpulkan penyebab kematiannya ini pasti karena KIPI setelah divaksin. Tidak seperti itu," ujar Uus.

Baca Juga: Puluhan Unit Rutilahu di Kelurahan Situ Sumedang Tuntas Diperbaiki Dalam Satu Bulan

Ditambahkan Uus, walaupun sebelum masuk rumah sakit sempat divaksin, dari tanda-tanda laboratorium dan tanda hasil pemeriksaan medis yang dilakukan, sebelum di vaksin ternyata sudah didahului oleh penyakit yang dideritanya yaitu DBD atau expand dengue syndrome.

“Kemungkinan besar saat divaksin kondisi si anak ada pada fase inkubasi akhir DBD karena demamnya demam akut. Kebetulan anak itu sudah divaksin sehingga seolah-olah kematiannya karena vaksin. Padahal terjadi karena ada penyakit yang mendasarinya," katanya.

Atas kasus tersebut, ujar Uus, pihaknya meminta kepada masyarakat agar mendapingi anaknya ketika si anak akan divaksin. Pendampingan orangtua itu untuk kepentingan skrining atau pemeriksaan sebelum vaksin saat sianak hendak divaksin.

Baca Juga: Mantan Presiden RI Ini, Pernah Cicipi Produk Asal Kampung Cidarma Sumedang, Apa Itu?

"Anak itu kan biasanya belum mengerti ketika ditanya atau dilakukan pemeriksaan oleh petugas, sehingga kehadiran orangtua untuk mendampingi anak sebelum divaksin menjadi harus," katanya.*

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler