Lima Domba Dorper Didatangkan dari Australia ke Tasikmalaya, Bakal Dilakukan Persilangan dengan Domba Lokal

1 Agustus 2022, 23:20 WIB
Pandu Rahayu, pemilik Kelompok P4S Agribisnis As-Salam, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, bersama domba yang baru didatangkan dari Australia, Minggu 31 Juli 2022.* /Kabar-Priangan.com/Istimewa

KABAR PRIANGAN - Kelompok P4S Agribisnis As-Salam Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya mulai merintis usaha persilangan atau mengawinkan domba lokal dengan dorper asal Australia.

Sebagai langkah awal, peternak kelompok itu pun baru saja kedatangan lima ekor domba
yang terdiri dari dua ekor jantan dan tiga ekor betina.

Mereka mendatangkan domba yang dikenal sebagai domba pedaging terbaik dunia dan minim kandungan lemak itu dari Australia langsung.

Baca Juga: Sandy, Pimred Kabartegal.com Hilang. Sebelumnya, Izin Keluar Rumah untuk Jual Beli Mobil

Kelima ekor indukan domba seharga berkisar Rp 30 juta hingga Rp 35 juta per ekor itu tiba di Tasikmalaya akhir pekan lalu setelah terlebih dulu dikarantina di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah selama 14 hari.

"Proses karantina menjadi SOP (standard operating procedure) untuk mendatangkan domba impor. Harganya ya kisaran Rp 30 juta per ekor sampai di kandang penangkaran," ucap Pandu Rahayu, SPd, pemilik Kelompok P4S Agribisnis As-Salam, Minggu 31 Juli 2022.

Menurut Pandu, karantina dilakukan untuk memastikan hewan itu terbebas dari virus. Selain lima indukan domba impor itu, ia pun membeli 45 ekor betina dan ekor jantan anakan hasil persilangan domba lokal dengan dorper (F-1) dari peternak yang telah lebih dulu mengawinkan domba tersebut.

Baca Juga: PTN BLU Unsil Tasikmalaya Harus Segera, Ditargetkan Terwujud Dua Tahun Mendatang

Ia berharap, upayanya itu bisa berperan dalam upaya memperbanyak stok domba berkualitas untuk kebutuhan pemenuhan permintaan pasar indukan maupun anakan domba, kebutuhan konsumsi daging domba serta perbaikan varietas domba lokal yakni domba garut yang sebelumnya ia kembangkan.

Menurut Pandu, pertumbuhan domba hasil persilangan lebih cepat yakni kisaran lebih dari 37 kg dalam durasi penangkaran selama 7-8 bulan. "Sementara pada usia yang sama, bobot
domba lokal paling banter 20-25 kilogram," ujarnya.

Tetapi setelah tiba di penangkaran akhir pekan lalu, domba impor tersebut masih dipisahkan dari domba lain untuk adaptasi. Pandu mengatakan, setelah proses adaptasi selesai, domba dorper tersebut akan dikawin silang dengan domba lokal yang telah disiapkan.

Baca Juga: Siswa di Ciamis Bakal Dilarang Bawa Motor ke Sekolah, Bupati Segera Membuat Surat Edaran

Pandu cukup optimistis program ini akan berjalan lancar karena di beberapa daerah lain program ini sudah dicoba dan cukup berhasil.

"Di beberapa daerah pertumbuhan domba jadi semakin cepat. Kalau domba lokal dengan domba lokal, di usia 4-5 bulan bobotnya 15 kg per ekor. Sedangkan kalau disilang antara dorper
dengan lokal, usia 4-5 bulan bobotnya sudah mencapai 30 kg per ekor,” katanya.

Ia menambahkan, selain pertumbuhannya cepat, hasil persilangan itu membuat kualitas daging lebih tebal serta memiliki kandungan lemak lebih minim daripada lokal.

Baca Juga: Tim Khusus Polri Periksa Petugas PCR dan Sopir Ferdy Sambo, Serta Lakukan Pendalaman Uji Balistik

Sehingga mengonsumsi daging domba hasil persilangan ini bisa jadi pilihan bagi warga yang alergi terhadap lemak atau berkolesterol tinggi.

"Di beberapa negara, konsumsi daging domba hasil persilangan sudah jadi pilihan karena kandungan lemaknya rendah. Harganya pun bisa tembus Rp 300 ribu per kg atau hampir tiga kali lipat dari daging domba lokal yang hanya Rp 110 ribu per kg," ucap Pandu.

Namun pihaknya tidak akan fokus pada penjualan daging=nya dulu melainkan fokus pada pembibitan domba.*

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler