KABAR PRIANGAN - Tol Gedebage, Tasikmalaya hingga Cilacap yang menjadi dambaan warga Priangan Timur, hingga saat ini masih terus dalam proses pembangunan.
Direncanakan, Tol yang membentang dari Bandung hingga Cilacap ini rencananya akan dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama yaitu mulai dari seksi 1 dan seksi 2, mulai dari junction Gedebage hingga Simpang Susun Tasikmalaya sepanjang 94,22 km.
Baca Juga: Selain yang Pro, Pembangunan Jalan Tol Batikcap di Garut Juga Ada yang Kontra, Ini Penyebabnya
Kemudian pembangunan tahap ke 2, yaitu seksi 3 dan seksi 4, dimulai dari Simpang Susun Tasikmalaya hingga Simpang Susun Cilacap dengan panjang 112,43 km.
Pelaksanaan pembangunan konstruksi tahap pertama ditargetkan dimulai pada akhir tahun 2022 dan selesai pada tahun 2024.
Sedangkan untuk pembangunan tahap kedua akan dimulai pada tahun 2027 dan ditargetkan rampung pada tahun 2029.
Namun belakangan beredar kabar bahwa rencana pembangunan Tol Bandung, Tasikmalaya hingga Cilacap ini diprediksi akan molor akibat permasalahan pembebasan lahan.
Namun terlepas dari permasalahan tersebut, hal lain yang tak kalah menarik dari pembahasan tentang tol ini yaitu soal nama.
Sebelumnya, nama nama tol ini sempat dikenal dengan sebutan Cigatas yang merupakan singkatan dari nama Cileunyi, Garut, dan Tasikmalaya.
Selanjutnya, muncul nama Batikcap yang merupakan singkatan dari Bandung, Tasikmalaya, Cilacap.
Namun belakangan, nama yang berkembang adalah Getaci yang berarti Gedebage, Tasikmalaya dan Cilacap.
Persoalan nama ini pun akhirnya menjadi perbincangan hangat dalam podcast di kanal youtube Kabar-Priangan.com yang dipandu oleh M Ridwan dan narasumber Nazharudin Azhar atau lebih dikenal Kang Nunu.
Baca Juga: Hari Kedua Kerja, Pj Wali Kota Tasikmalaya, Cheka Virgowansyah Masuk Toilet DPRD. Ada Apa?
Nunu mengungkapkan, sebagai media massa yang konsern terhadap permasalahan-permasalahan sosial, termasuk juga dalam pembangunan daerah, Kabar Priangan berusaha ikut memberikan masukan dalam pemberian nama bagi jalan tol yang didambakan oleh warga di wilayah Priangan Timur ini.
“Kala itu kami mengusulkan nama Batikcap. Dan sebagai media massa, kami terus menggelembungkan nama Batikcap ini sampai akhirnya nama itupun tersosialisasikan,” kata Nunu.
Menurutnya, seperti halnya nama-nama jalan tol di Indonesia yang umumnya merupakan singkatan nama daerah yang dilewati seperti Cipali yang merupakan Cikopo – Palimanan, ada juga Cipularang, yaitu Cikampek-Purwakarta-Padalarang.
Baca Juga: Terungkap, Penyebab Kematian Satu Keluarga di Kalideres Ternyata Bukan Akibat Kelaparan
“Demikian pula dengan Batikcap, yaitu Bandung- Tasikmalaya- Cilacap. Namun kalau mau dirinci, Bandung, Garut, Tasik, Ciamis, Banjar, dan Cilacap,” katanya.
Menurut Nunu, selain singkatan dari daerah yang dilewati, usulan nama tol tersebut juga memiliki nilai filosofisnya, yaitu mengambil kata batik.
“Semua daerah yang dilewati oleh tol ini merupakan sentra batik. Ada Batik Garutan, juga Batik Tasik, dan Ciamis, termasuk juga Batik Cilacapan,” katanya.
Baca Juga: Dansa Sumbang Medali Emas untuk Garut pada Porprov Jabar 2022, Ketua KONI: Optimis 10 Besar
Jadi, kata Nunu, usulan agar nama tol tersebut menggunakan nama Batikcap ini tak hanya sekadar singkatan nama daerah saja, tetapi ada nilai filosofisnya.
“Apalagi batik ini kan sudah diakui sebagai warisan budaya nasional oleh Unesco,” katanya.***