Ridwan Kamil Resmikan 'Smart Green House' di Wanaraja Garut

- 28 Januari 2021, 11:09 WIB
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil saat meresmikan
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil saat meresmikan /Aep Hendi/

Ia menyampaikan, tentunya ada alasannya kenapa pihaknya memilih Kabupaten Garut sebagai tempat peresmian "smart green house" atau sistem pertanian
infus ini. Selama ini Garut dikenal sebagai daerah penghasil jagung terbaik sehingga Garut juga disebut sebagai kabupaten jagung.

"Di Jawa Barat ini ada sebelas kabupaten yang menanam jagung. Namun dari sebelas kabupaten tersebut, Garutlah yang paling hebat sehingga kami
putuskan untuk memilihnya," ucap Kurnia.

Baca Juga: Waduh! Wanita Cantik di Tasik Edarkan Miras Impor dan Lokal, Begini Kronologisnya

Sementara itu Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, mengatakan bahwa Kabupaten Garut memiliki lahan seluas 35 ribu hektar yang ditanami jagung. Lahan
seluas itu menurutnya belum termasuk yang lahan kerja sama masyarakat dengan Perhutani maupun dengan Perkebunan sehingga jika dikalkulasikan,
jumlahnya jauh lebih luas lagi.

Dijelaskannya, dalam satu tahun Kabupaten Garut bisa menghasilkan 500 ribu ton jagung.

"Kalau dikalikan dua, berarti 70 ribu hektar bakal dipanen dan sekali panen itu ada 7 kwintal. Jadi kurang lebih satu tahun itu Kabupaten Garut
menghasilkan 500 ribu ton jagung dan tentu saya sangat bergembira sekali karena nanti Agro Jabar yang punya lahan di Kabupaten Garut kurang lebih
2 ribu hektar itu bisa dijadikan juga sebagai sentral kebun jagung agar produksi jagung Kabupaten Garut menjadi semakin meningkat,” kata Helmi.

Pasokn daging sapi

Dalam kesempatan itu, Emil juga mengatakan bahwa Jawa Barat selama ini mendapatkan suplai kebutuhan daging sapi dari Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB). Dengan adanya suplai tersebut, ia berharap agar kedepannya kebutuhan daging sapi tidak melulu mengandalkan impor dari luar.

 “Kami dengan bangga mendapatkan suplai daging sapi secara antar provinsi yaitu dengan Nusa Tenggara Barat. Suplai kebutuhan daging Jawa Barat
mudah-mudahan tidak selalu mengandalkan impor dari Australia tapi bisa mandiri melalui pasar dan suplai dalam negeri, khususnya NTB yang
diproklamasikan sebagai provinsi sejuta sapi,” ujar Emil.

Masih menurut Emil, sapi dari NTB bukan langsung potong, melainkan bisa melakukan penggemukan dari bibitnya.
Ia berharap suatu hari nanti suplai
kebutuhan daging sapi disuplai diri sendiri, maksimal datang dari perdagangan intra provinsi, bukan lintas negara.

Halaman:

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x