Pergerakan Tanah, Ratusan Warga Terpaksa Mengungsi

- 4 Februari 2021, 12:28 WIB
Aparat gabungan meninjau lokasi pergeseran tanah yang mengancam puluhan rumah warga di dua kedusunan di Desa Bojongsari, Kecamatan Tanjung Jaya, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu  3 Februari 2021.
Aparat gabungan meninjau lokasi pergeseran tanah yang mengancam puluhan rumah warga di dua kedusunan di Desa Bojongsari, Kecamatan Tanjung Jaya, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu 3 Februari 2021. /Istimewa/

KABAR PRIANGAN - Tiga kedusunan di Desa Sukapada, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya berubah menjadi sepi. Sebagian penghuni di kedusunan tersebut memilih meninggalkan rumahnya. Kondisi ini terjadi sudah sejak lama. Terakhir di pertengah Januari 2021 sebanyak lima rumah ditinggalkan penghuninya. Tiga kedusunan itu yakni Garadaha, Bojot dan Citeureup.


Kondisi ini terjadi akibat pergerakan tanah yang terjadi di tiga kedusunan yang menyebabkan rumah retak-retak dan miring. Khawatir rumahnya ambruk dan mengancam keselamatannya, warga pun memilih untuk mengungsi.
Salah seorang warga yang mengungsi yakni Lela (35) asal warga Kedusunan Garadaha. Dia memilih untuk meninggalkan rumahnya karena khawatir ambruk dan mengancam keselamatannya. Rumahnya mengalami retak-retak dan miring terdampak pergerakan tanah.


"Saya memilih meninggalkan rumah karena khawatir rumah ambruk dan membahayakan seisi rumah," kata Lela kepada wartawan, Rabu (3/2/2021).
Kepala Desa Sukapada, Achmad Hidayat membenarkan kondisi tersebut. Menurutnya, pergerakan tanah sudah terjadi sejak tahun 1995. Tanah mengalami pergerakan, terutama disaat musim hujan hingga mengakibatkan rumah warga mengalami kerusakan.

Baca Juga: Harga Cabai Rawit dan Tarif Rumah Sakit, Picu Inflasi Kota Tasikmalaya Bulan Januari 2021


Terakhir, pergerakan tanah kembali terjadi pada pertengahan Januari 2021, hingga mengakibatkan 5 rumah warga rusak dan ditinggalkan penghuninya. "Pada tahun 2019 dan 2020 tidak ada pergerakan tanah, namun di awal tahun 2021 pergerakan tanah kembali terjadi," ucapnya.


Menurutnya, disebut pergerakan tanah itu tidak seperti bencana longsor, namun tanah secara perlahan bergeser. Pergerakan itu terlihat ketika rumah warga mengalami retak-retak dan miring. Untuk itu pihaknya menyarankan penghuni rumah untuk mengosongkan.


"Ada tiga dusun yang terdampak pergerakan tanah. Total warga yang terdampak sekitar 250 kepala keluarga," kata Achmad.

Baca Juga: Arga, Kepala Desa Termuda di Kabupaten Ciamis


Dikatakan dia, baru-baru ini warga yang terdampak pergerakan tanah di Kedusunan Citeureup ada sekitar 20 KK, Bojot sebanyak 100 rumah dan Garadaha sebanyak 150 rumah. Pihak pemerintahan desa tidak tinggal diam, terus berupaya, melaporkan dan memberitahukan kepada pihak terkait setiap ada kejadian.

Halaman:

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x