Permainan bedil lodong juga dijadikan hiburan mereka dengan cara bergantian membunyikannya. Lodong yang mengeluarkan suara keras itulah yang mendapat pujian.
"Sering terjadi lodong yang pecah karena saking kerasnya suara ledakan sehingga bambu pecah menjadi dua bagian," sambung Dodi.
Pembuatan lodong memerlukan pohon bambu yang usianya sudah lama. Bambua yang usianya tua bisanya kokoh tahan ledakan serta suara yang dikeluarkannya juga lebih berdentum.
"Untuk membunyikannya, sebatang bambu ukuran 50 centimeter dibersihkan lalu dililit karet agar tidak pecah," jelas Dodi.
Setelah itu, sediakan sedikit kain dan sebatang kayu kecil yang di gunakan sebagai penyulut lodong. Sediakan juga minyak tanah agar penyulut mudah menyala.
Kamudian masukan air dan garam ke dalam lodong. Selanjutnya masukan karbit ke dalam lodong. Tunggu beberapa saat, lalu sulut dengan api pada bagian lodong yang sudah dilobangi dan lodong akan mengeluarkan suara letusan.
"Beginilah cara hiburan kami bermain lodong menyambut Bulan Ramadan 1442 Hijriah yang akan segera tiba," ujar Dodi.
Konon bedil lodong sudah banyak dipakai di tatar sunda sebagai sarana hiburan sejak masa pendudukan Bangsa Portugis di Indonesia pada tahun 1500-an.***