Kado untuk Bupati Tasikmalaya Terpilih, Tiga Kali Ganti Bupati namun Singaparna Tak Banyak Berubah

- 25 April 2021, 20:26 WIB
Kemacetan Lalulintas terjadi di jalan Raya Timur Singaparna ketika aksi unjuk rasa terjadi ke pusat Pemerintatah Kabupaten Tasikmalaya tersebut beberapa waktu lalu.
Kemacetan Lalulintas terjadi di jalan Raya Timur Singaparna ketika aksi unjuk rasa terjadi ke pusat Pemerintatah Kabupaten Tasikmalaya tersebut beberapa waktu lalu. /kabar-priangan.com/Aris MF/

KABAR PRIANGAN - Sudah lebih dari 10 tahun kepindahan ibukota Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya ke Singaparna.

Akan tetapi meski sudah tiga kali ganti Bupati - Wakil Bupati, kondisi wilayah Singaparna masih dinilai seperti itu-itu saja dan tidak banyak berubah. Yang berubah hanyalah kepadatan penduduk, bertambahnya jumlah kendaraan serta kemacetan lalulintas yang makin menjadi-jadi.

Kepindahan ibukota Pemkab Tasikmalaya ini berdasar pada Peraturan Pemerintah nomor 30 Tahun 2004, dimana Ibukota Kabupaten Tasikmalaya yang sebelumnya berada di Kota Tasikmalaya berpindah ke Kecamatan Singaparna.

Baca Juga: Pelantikan Bupati Tasik Terpilih, Senin 26 April 2021. Aep: Hari Rabu Bupati akan Open House

Sejatinya dengan adanya perpindahan Ibukota kabupaten itu, maka pembangunan di kecamatan yang mempunyai luas wilayah 24.85 km persegi dengan jumlah penduduk 68.386 jiwa tersebut cepat terjadi. Namun 16 tahun berlalu dari turunnya PP tersebut, wajah Singaparna terkesan tidak ada perubahaan berarti.

Pada Senin, 26 April 2021 ini, Kabupaten Tasikmalaya kembali memiliki Bupati Tasikmalaya - Wakil Bupati Tasikmalaya baru, dengan dilantiknya Ade Sugianto - Cecep Nurul Yakin. Banyak harapan besar dari masyarakat keduanya menaruh komitmen dalam membenahi pusat ibukota pemerintatah.

Tokoh masyarakat Singaparna, Teten Sudirman, menilai jika pemerintah tidak serius dalam mengelola dan menata ibukota Kabupaten Tasikmalaya. Dimana selama ini Pemkab Tasikmalaya tidak memiliki konsep yang jelas dalam membenahi kondisi kota Singaparna sebagai ibukota Kabupatenya.

"Bahkan sejak awal, saya menilai program pembangunan ibukota yang baru sabagai pengganti dari ibukota lama itu sudah salah," jelasnya.

Puluhan pedagang asongan dan kaki lima kembali melapak di kawasan taman alun-alun Singaparna. 10 tahun lebih menjadi ibukota pemerintahan Kabupaten, Singaparna tidak banyak berubah.
Puluhan pedagang asongan dan kaki lima kembali melapak di kawasan taman alun-alun Singaparna. 10 tahun lebih menjadi ibukota pemerintahan Kabupaten, Singaparna tidak banyak berubah.

Sebab menurut Teten, yang semestinya didahulukan sebagai skala prioritas dalam pemindahan ibukota itu, bukannya mendahulukan memindahkan kantor Bupati, kantor DPRD, Masjid Agung bahkan kini Islamic Center dan Wisma Haji. Akan tetapi harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur jalan. Terutama akses menuju kompleks pusat pemerintahan dan jalan lingkar luar kota Singaparna.

Halaman:

Editor: Teguh Arifianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x