BPBD : Tasikmalaya Selatan Zona Tingkat Kerawanan Bencana Tinggi

- 14 September 2021, 19:42 WIB
Satgas BPBD Kabupaten Tasikmalaya berupaya evakuasi warga Cikupa Kecamatan Karangnunggal yang terdampak banjir Senin kemarin.*
Satgas BPBD Kabupaten Tasikmalaya berupaya evakuasi warga Cikupa Kecamatan Karangnunggal yang terdampak banjir Senin kemarin.* /Dok. BPBD Kabupaten Tasikmalaya/

 

KABAR PRIANGAN - Setiap datang musim penghujan, puluhan warga yang tinggal di Perumahan Duta Karang Desa/Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, mengaku tidak tenang karena selalu dibayangi genangan banjir luapan sungai Cilangla.

Sudah tiga tahun ini banjir selalu melanda di permukiman warga tersebut, imbasnya mereka pun mengalami kerugian yang tidak sedikit. Selain kerusakan peralatan rumah tangga, aktivitas warga pun menjadi terganggu.

"Sudah tiga tahun berturut-turut genangan luapan banjir sungai Cilangla masuk ke perumahan warga. Ada 10 KK dengan 30 jiwa yang terdampak langsung," ujar Redi (50) warga setempat, Selasa, 14 September 2021.

Baca Juga: Diguyur Hujan Semalaman, 5 Kecamatan di Tasikmalaya Selatan Dilanda Banjir dan Longsor

Selain dialami warga Peumahan Duta Karang, banjir juga dirasakan 35 KK warga lain yang ada di sekitar perumahan tersebut. Mereka hanya bisa pasrah dan harus terus-terusan mengungsi manakala hujan turun hingga berhari-hari.

Warga kini mendesak pihak terkait dan pemerintah daerah untuk segera turun tangan dan mencari solusi agar bencana banjir tidak menghantui masyarakat. Salah satunya dengan melakukan normalisasi sungai Cilangla yang sudah mendangkal, serta pengaturan bendungan Padawaras sebagai pintu pembuangan air sungai ketika debitnya tinggi.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya mencatat, dalam sehari pada Senin, 13 September 2021, sedikitnya ada 24 titik bencana di Kabupaten Tasikmalaya yang terjadi. Mulai dari banjir, longsor dan pergerakan tanah.

24 titik itu tersebar di lima kecamatan, yakni Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal, Cibalong, Bantarkalong dan Culamega. Bencana longsor mendominasi dengan 17 titik, banjir 5 titik dan pergerakan tanah 2 titik. Intensitas bencana di Kabupaten Tasikmalaya memang makin tinggi, seiring masuknya musim penghujan.

Baca Juga: Soal Dugaan Penggelapan Dana SPPT PBB, Kejari Banjar Masih Melakukan Pengembangan

"Tingkat kewaspadaan terhadap bencana alam, terutama banjir dan longsor harus ditingkatkan, terutama menghadapi musim penghujan," jelas Plt. Sekretaris BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Irwan, Selasa, 14 September 2021.

Dikatakan Irwan, Kabupaten Tasikmalaya memang menempati urutan nomor dua tingkat kerawanan bencana secara nasional. Selain memiliki kondisi alam berupa hamparan pegunungan, Tasikmalaya juga memiliki puluhan aliran sungai yang bermuara ke pantai.

Untuk wilayah Tasikmalaya Selatan menjadi salah satu zona dengan tingkat kerawanan bencana tinggi. Selain di lima kecamatan tadi, masih ada sejumlah kecamatan lain yang memiliki potensi bencana. Seperti Sodonghilir, Parungponten, Jatiwaras, dan lainnya.

"Untuk bencana banjir di Desa Ciawi dan Cikupa Karangnunggal, semua harus duduk bersama dan mencari solusi. Agar bencana ini tidak terus-terusan terjadi," tegas Irwan.

Baca Juga: Tasik Selatan Dilanda Bencana, TNI dan Warga Bersihkan Material Longsoran

Salah satunya dengan melakukan normalisasi dan pengerukan aliran Sungai Cilangla. Hal ini bukan semata-mata tugas Pemkab Tasikmalaya, tetapi juga melibatkan BBWS Ciwulan-Cilaki Prov Jabar. Termasuk membuat saluran pembuangan air di Desa Cikupa, dimana saat ini hanya berupa terowongan kecil dan tidak mampu menguras air.

Sementar guna meminimalisir kerugian bencana pergerakan tanah dan longsor, BPBD Kabupaten Tasikmalaya menyarankan beberapa langkah yang bisa diikuti. Langkah tersebut yakni merencanakan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan bencana, penyebarluasan informasi bencana gerakan kepada masyarakat dengan berbagai media.

Upaya selanjutnya, hindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang akan menggangu kestabilan lereng sehingga mudah longsor. Hindari pula membuat percetakan sawah baru atau kolam pada lereng yang terjal yang akan mengakibatkan tanah mudah bergerak.

"Juga hindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai terjal. Membudidayakan tanaman pertanian dan perkebunan yang sesuai dengan asas pelestarian lingkungan dan kestabilan lereng," jelas Irwan.***

Editor: Teguh Arifianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah