KABAR PRIANGAN - Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unpad (Universitas Padjadjaran) Bandung, Gungun Gunardi mengatakan, pernyataan Arteria Dahlan dinilai tidak etis.
Kata dia, Indonesia adalah bangsa multi etnis dan multi bahasa, kalau dihitung bahasa-bahasa terkecil dari Sabang sampai Merauke itu berjumlah 10 ribu bahasa.
"Bahasa daerah dengan suku etnis yang beragam dari Sabang sampai Merauke, sedangkan Bahasa Indonesia sendiri diangkat dari salah satu bahasa daerah yang waktu itu sudah menjadi 5 franca, yang diangkat dan di sumpah Pemuda menjadi berbahasa satu bahasa Indonesia," tuturnya.
Artinya, Bahasa Indonesia waktu itu masih dalam koridor bahasa lingua franca, bahasa perdagangan antar etnis di Indonesia.
"Orang Sunda, Jawa, Bali, Makasar tidak ada yang protes semua menerima, bahasa Melayu dari lima Franca itu, jadilah bahasa Indonesia," ucap Gugun.
Baca Juga: Ki Demang: Selain Diproses Hukum, Ketua Umum PDIP Harus Pecat Arteria Dahlan dari Anggota DPR
Gugun menjelaskan, dalam perkembangannya Bahasa Indonesia sendiri banyak dipengaruhi dan diperkaya oleh kosakata-kosakata bahasa daerah, seperti dari Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, sehingga menjadi hal yang wajar kalau seorang etnis Sunda menyampaikan dengan bahasa Sunda, bisa jadi supaya merasa lebih halus, supaya tidak vulgar dan sebagainya.
"Komentar Arteria Dahlan akan mengundang reaksi masyarakat Sunda yang luar biasa, masyarakat Sunda kalau diganggu budayanya, bahasanya reaksinya luar biasa," ucapnya.
Baca Juga: Kecaman Terus Meluas, Pemerhati Hukum Garut: Ucapan Arteria Dahlan Tunjukan Kebencian
Oleh sebab itu, kata ia, kalau orang lain bisa menuntut agar Politikus PDIP itu segera minta maaf, namun menurutnya tidak hanya cukup begitu.
"Arteria Dahlan harus bersilaturahmi kepada tokoh-tokoh Sunda supaya paham, datanglah ke AMS, Sundawani, Mangle, supaya paham," katanya.
"Kalau umpamanya Artelia Dahlan dengan tuntutan masyarakat Sunda untuk meminta maaf tidak dilakukan, ini nanti saya khawatir akan merugikan dia sendiri," ucapnya menambal.***