"Sekarang sudah seperti sawah tadah hujan. Kalau ada hujan baru bisa digarap. Kalau musim kemarau, ya terlantar. Jadi untuk kebutuhan pangan juga harus beli beras dari luar, padahal dulunya lahan pesahwan di sini bisa menghasilkan 302,4 ton gabah kering per musim," ujar Mari.
Persoalan buruknya DI Sentig Kiri ini, kata Mari, sebenarnya sudah sangat sering dilaporkan, baik itu ke Pemerintah Daerah Kabupaten, ataupun ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung.
Baca Juga: Waduh! Gara-gara Kades Selingkuh, Seorang Warga di Sumedang Dipolisikan
Namun hasilnya, sampai sekarang belum ada upaya perbaikan yang serius dari pemerintah, sehingga kondisi DI Sentig Kiri masih saja belum berfungsi dengan baik.
"Terakhir itu, sempat ada bantuan pemasangan pipa untuk menyalurkan air ke lahan pesawahan dari Dinas Pertanian, namun itu belum optimal. Sedangkan dari BBWS, paling baru bantuan perbaikan untuk saluran cacingnya saja," tutur Mari.
Padahal menurut dia, selain berdampak terhadap lahan pertanian, buruknya DI Sentig Kiri ini sangat berpengaruh juga terhadap sumber air untuk bahan baku kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Baca Juga: Ketahuan Selingkuh dan Didesak Warga, Akhirnya Kades di Sumedang Ini Nyatakan Mundur
Karena semenjak DI itu tidak berfungsi, mata air di wilayah Desa Bantarmara jadi banyak yang kering, begitu juga dengan sumur-sumur milik masyarakat, setiap musim kemarau semua sumur pasti mengering, sampai-sampai warga harus mencari sumber air ke luar daerah.
Oleh karena itu, atas nama masyarakat Desa Bantarmara, Mari meminta kepada pemerintah supaya DI Sentig Kiri ini dapat segera diperbaiki secara permanen, supaya sumber kehidupan masyarakat di desanya dapat kembali normal.
"Kalau hanya upaya penanganan sementara, dari dulu juga sudah sering kami lakukan. Cuma masalahnya tidak pernah bertahan lama. Nantinya rusak lagi," tutur Mari.***