KABAR PRIANGAN - Sampah jenis mikroplastik yang terdiri dari fiber dan jenis filamen mendominasi pencemaran lingkungan yang terjadi di Sungai Citanduy Tasikmalaya. Limbah tersebut ditengarai banyak disumbang pengusaha laundry atau pencucian pakaian.
Jenis usaha itu banyak menghasilkan benang-benang polyester. Sedangkan sampah jenis filamen atau lembaran plastik bersumber dari pecahan tas kresek atau tas plastik.
Permasalahan sampah di sungai itu disampaikan Amiruddin Muttaqin, salah seorang anggota Tim Ekspedisi Sungai Nusantara disela persiapan pengolahan data sampel air peneliti pencemaran air ecoton saat dihubungi Jumat 1 April 2022.
Menurut dia, adanya mikroplastik di sungai bersumber dari buruknya sistem pelayanan sampah yang umumnya hanya mampu melayani 40 persen penduduk. Dengan demikian 60 persen sampah dibuang ke lahan terbuka, dibakar dan sebagian besar dibuang ke sungai.
"Indonesia setiap tahun menghasilkan 8 juta ton sampah plastik dan hanya 3 juta ton mampu diolah pemerintah, 5 juta ton dibuang ke alam dan dibakar, lalu 2,6 juta ton dibuang ke sungai dan berakhir di lautan," kata Rizal Zailani, Relawan Sungai Nusantara Chapter Tasikmalaya.
Ditambahkannya, sampah-sampah plastik yang menuju ke laut akan mencemari perikanan laut. Hal tersebut mengacu pada temuan UNEF bahwa tahun 2050 jumlah plastik di laut akan lebih banyak dibandingkan ikan.
Keburukan kualitas Sungai Citanduy menjadi keprihatinan para pegiat dan relawan konservasi di beberapa wilayah di Jawa Barat.