Sampah Plastik di Sungai Ciwulan Memprihatinkan, Produsen Kemasan Sachet Harus Bertanggung Jawab

- 3 April 2022, 20:21 WIB
Seorang peneliti mengecek kualitas Air Sungai Citanduy Kota Tasikmalaya, baru-baru ini. Produsen besar seperti Unilever, Indofood, dan Wings, harus ikut bertanggungjawab atas sampah yang mengotori Sungai Ciwulan.*
Seorang peneliti mengecek kualitas Air Sungai Citanduy Kota Tasikmalaya, baru-baru ini. Produsen besar seperti Unilever, Indofood, dan Wings, harus ikut bertanggungjawab atas sampah yang mengotori Sungai Ciwulan.* /Kabar-Priangan.com/Istimewa

KABAR PRIANGAN - Produsen besar seperti Unilever, Indofood, dan Wings harus ikut bertanggungjawab atas persoalan sampah yang mengotori Sungai Ciwulan.

Mereka mesti bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan atau dalam Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18/Tahun 2008 disebut EPR (Extendeed Produsen Responsibility) atau tanggung jawab perusahaan atas sampah yang mereka hasilkan.

"Produsen harus membantu menyediakan tempat sampah khusus sachet karena sampah ini masuk kategori sampah residu, tak bisa didaur ulang," ucap Prigi Arisandi, Peneliti Tim Ekspedisi Sungai Nusantara saat ekspose hasil penelitian di Kota Tasikmalaya, Minggu 2 April 2022.

Baca Juga: Anggota DPRD Jabar Akan Dorong Pemprov Jabar dan Pemkot Tasikmalaya Segera Renovasi Madrasah Al Hidayah

Di Tasikmalaya, tim melakukan pengambilan sampel di Sungai Citanduy dan Sungai Ciwulan. Buruknya pengelolaan sampah oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya telah mendorong masyarakat membuang sampahnya ke tepi Sungai Ciwulan.

Amiruddin Muttaqin, Koordinator Ekspedisi Sungai Nusantara, menyebutkan, banyaknya timbulan sampah plastik menyebabkan kontaminasi mikroplastik dalam air Sungai Ciwulan atau Sungai Citanduy.

"Sampah plastik yang tidak terkelola akan terfragmentasi menjadi mikroplastik atau serpihan kecil berukuran lebih kecil dari 5 mm, temuan kami di Sungai Ciwulan menunjukkan bahwa terdapat 180 partikel mikroplastik dalam 100 liter air," ucap Amiruddin.

Baca Juga: Selama Ramadhan Rumah Makan Dilarang Beroperasi Sebelum Pukul 16.00, PHRI Tasikmalaya: Dari Dulu Seperti Itu

Alumni Teknik Lingkungan UPN Surabaya ini menyebutkan bahwa dari 180 partikel yang ada terbanyak adalah jenis fiber 100 partikel, jenis filamen 60 partikel, dan fragmen atau cuilan plastik sebanyak 20 partikel.

Dikatakan Amiruddin, mikroplastik mengancam kesehatan manusia karena masuk kategori senyawa penganggu hormon. Dalam proses pembuatan plastik ada banyak bahan kimia sintetis tambahan dan sifat mikroplastik yang hidrofob atau mudah mengikat polutan dalam air.

"Mikroplastik yang masuk dalam air akan mengikat polutan di air seperti logam berat, pestisida, detergen dan bakteri patogen. Jika mikroplastik tertelan manusia melalui ikan, kerang dan air, bahan polutan beracun berpindah ke tubuh manusia menyebabkan gangguan hormon," ujarnya.

Baca Juga: Mewakili Wilayah Priangan Timur, Bupati Garut Hadiri Pamitan Danrem 062 Tarumanagara

Untuk itu, kata Prigi, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya harus mengendalikan timbulan sampah di Ciwulan dengan membuat regulasi larangan penggunaan plastik sekali pakai seperti styrofoam, tas keresek, sedotan, botol plastik, sachet dan popok.

"Industri harus me-redesign bungkus yang mereka gunakan agar bisa dipakai berulang kali atau menyediakan depo-depo refill dan mereka harus ikut mengelola sampah bungkus yang kini membanjiri Sungai Ciwulan" kata Prigi.

Ditambahkannya, timbulan sampah ilegal yang ada di tepian Sungai Ciwulan sebagian besar berupa sampah-sampah packaging makanan dan personal care.

Baca Juga: Angin Puting Beliung Terjang Perkotaan Garut, Ratusan Rumah Terdampak

Dari kegiatan audit merek di tiga lokasi ditemukan 10 merek kebutuhan sehari-hari yang paling sering ditemukan adalah dari produk Unilever, Indofood, Wings Group, Unicharm (Popok Mamypoko), Nestle, Ultra Jaya (Teh Kotak), Mayora, Cimory, GooN, Santos Jaya (Kapal Api).

"Sampah plastik paling banyak yang kami temukan adalah 70 persen sampah-sampah tak bermerk jenis styrofoam, tas keresek, sedotan dan 30 persen sampah bermerk yang banyak digunakan masyarakat seperti Pepsodent, So Klin, Indomie dan Kapal Api," ucap Prigi.

Sementara itu pegiat lingkungan dan kader konservasi dari Republik Aer Tasikmalaya Anton Goro mendampingi Presiden Republik Aer Tasikmalaya Harniwan Obech mengungkapkan kondisi Sungai Ciwulan saat ini sangat memprihatinkan.

Baca Juga: Dua Hari Kota Garut Diterjang Angin Puting Beliung. 117 Rumah Rusak, Sejumlah Pohon Tumbang. Berikut Datanya

"Perlu penyadaran dari masyarakat dan kita semua termasuk pemerintah, agar permasalahan sampah ini segera dapat ditekan dan teratasi," ujarnya.*




Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah