Gubuk berukuran 2x3 ini sangat tidak layak untuk ditempati. Selain bocor, dinding gubuk juga telah bolong-bolong. Herman bahkan hanya terbaring mempergunakan tikar di lantai yang hanya berlapis semen.
"Dulu pernah kerja sebagai kuli serabutan di Pasar Cisarua Bogor. Tapi saat itu sakit kena diabetes. Akhirnya saya minta ke saudara yang di sana untuk diantar pulang. Saya pulang ke anak saya di Tasikmalaya,” katanya.
Herman menuturkan, ia bisa berakhir di gubuk tersebut lantaran diusir oleh anak perempuannya yang tinggal tidak jauh dari gubuk yang dihuninya.
Baca Juga: Dosen STIA Sentil ASN Pemkab Tasikmalaya TikTok-an di Tempat Kerja. Bupati Diminta Bertindak Tegas
Sebab saat tinggal bersama anaknya, diabetes yang diderita Herman malah bertambah parah. Keterbatasan biaya membuat Herman tidak bisa berobat untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut.
"Disana saya sering kali bertengkar sama anak saya. Hingga akhirnya anak saya mengusir saya dan saya tinggal sendirian di gubuk milik warga ini,” kata dia.
Saat lapar mendera, dikatakan Herman, dirinya terkadang hanya minum air galon yang berasal dari pemberian tetangganya.
Herman mengaku, dia pernah menikah dua kali dan dikaruniai tiga orang anak. Istri pertamanya orang Ciamis, sementara istri kedua Herman berasal dari Garut. Namun Herman sudah cerai dengan kedua istrinya tersebut.
“Dua kali nikah, yang satu sama orang Ciamis, satu lagi sama orang Garut. Tapi sudah cerai, mereka juga sudah nikah lagi dengan orang lain,” katanya.