Dengan kondisi seperti itu tak heran banyak pengrajin anyaman bambu di daerah tersebut yang berhenti berprofesi dari pengrajin anyaman bambu. Warga banyak yang beralih profesi menjadi pedagang atau bekerja di tambang pasir.
"Dulu mah hampir 90 persen masyarakat di sini bermatapencaharian sebagai pengrajin anyaman bambu, makanya daerah Situbeet disebut sebagai sentra anyaman bambu. Sekarang warga yang masih bertahan bisa dihitung jari," ujar Syarif.
Baca Juga: Wakapolri Nyatakan jalur Mudik Selatan Jawa Barat Siap Dilalui Pemudik
Dari sisi pesanan, kata Sarif, untuk keranjang parsel sedikit menurun. Penurunan tersebut karena turunnya ekonomi masyarakat yang belum pulih seiring dengan terjadinya pandemi Covid 19.
"Saya saja yang biasa memasok hampir 1.000 keranjang ke pasar sentra kerajinan di Rajapolah, kini paling hanya 300 keranjang saja yang di pesan," ucap Sarif.
Berbeda dengan Sarif, pengrajin keranjang parsel lainnya, Rina Mariana (30), mengalami nasib yang lebih mujur. Menurut Rina, walaupun permintaan di pasar lokal sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, permintaan dari luar kota cukup tinggi.
Baca Juga: Selain Gunung Anak Krakatau, Berikut Ini Gunung di Level III Siaga dan Level II Waspada
Pada Ramadhan tahun ini, produksi keranjang parsel milik Rina diakuinya meningkat hingga 80 persen dibanding hari biasanya.
"Biasanya kalau di luar bulan puasa, kami sebulan membuat 500 buah keranjang. Tapi sekarang atau saat Ramadhan, dalam sehari produksi bisa mencapai 700 set keranjang untuk dikirim ke Yogyakarta, Cirebon, Bandung dan Bekasi," tuturnya.
Rina mengaku, saking banyaknya permintaan, dirinya mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Sehingga ia pun sempat meminta kiriman bahan baku dari Jepara, Jawa Tengah.