"Karena yang selama ini saya lihat walaupun banyak KWT yang sudah tahu tentang cara mengompos, mereka kebanyakan bulum bisa menjalankan dengan baik karena ada beberapa kendala. Bahkan tidak sedikit akibat kendala tersebut mereka banyak yang menyerah dan tidak lagi tertarik untuk mengompos," ujar Novi.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 5,8 Guncang Sukabumi Jabar Dirasakan Hingga Tasikmalaya
Komposting sendiri, ujar Novi, adalah proses alami mendaur ulang sampah atau bahan organik, seperti daun dan sisa makanan, menjadi pupuk berharga yang dapat menyuburkan tanah dan tanaman.
"Mengompos itu sebenarnya mudah serta menghemat uang dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan. Termasuk sebagai bentuk berpartisipasi dalam solusi permasalahan sampah di Kota Tasikmalaya" ujarnya.
Jadi, tambah Novi, melalui kerjasama dengan Bank Idonesia (BI), pihaknya bermaksud memajukan atau memberikan kembali dukungan kepada ibu-ibu rumah tangga untuk lebih sadar terhadap pengelolaan sampah dengan cara mengkompos.
"Kita tahu, sampah produksi rumah tangga merupakan penyumbang pertama permasalahan sampah dimanapun termasuk di Kota Tasikmalaya," ujar Novi.
"Padahal sampah rumah tangga tersebut selain sampah plastik yang susah diurai, juga ada sampah-sampah makanan yang bisa dikelola dengan baik sehingga bisa dijadikan penyubur tanah agar tanaman yang ditanam bisa tumbuh dengan baik agar bisa kembali dimakan atau dikonsumsi," tutur Novi menambahkan.*