Historiagrafi Galuh, Dari Masa ke Masa hingga Menjadi Ciamis

- 13 Maret 2023, 23:45 WIB
Potret R.A.A. Kusumadiningrat atau Kanjeng Perbu, Bupati Galuh pada tahun 1839-1886. Pada masa pemerintahannya banyak membangun fasilitas umum diantaranya Masjid Agung Ciamis, Kantor Bupati, dan Gedung DPRD yang masih ada sampai saat ini.*/br.rodovid.org
Potret R.A.A. Kusumadiningrat atau Kanjeng Perbu, Bupati Galuh pada tahun 1839-1886. Pada masa pemerintahannya banyak membangun fasilitas umum diantaranya Masjid Agung Ciamis, Kantor Bupati, dan Gedung DPRD yang masih ada sampai saat ini.*/br.rodovid.org /

Namun, para penguasa Priangan, termasuk Galuh, berselisih paham terkait rencana penyerangan itu. Adipati Panaekan berselisih dengan Dipati Kertabumi yang merupakan adik iparnya sendiri dan Bupati Bojong, putra Prabu Dimuntur.

Baca Juga: Setelah 40 Tahun Menunggu, Warga Karangpawitan Kawali Ciamis Kini Punya Lapangan Sepak Bola

Bupati Wedana pertama Galuh itu terbunuh dalam perselisihan tersebut. Ia kemudian digantikan oleh anaknya bernama Mas Dipati Imbanagara yang dikenal karena memindahkan pusat pemerintahan dari Garatengah ke Calingcing kemudian ke Bendanegara, di daerah Panyingkiran kini.

Kendati demikian, Galuh tetap mengirimkan pasukan ke Batavia di bawah pimpinan Bagus Sutapura. Sementara, pasukan Priangan dipimpin Bupati Wedana Priangan, Dipati Ukur, yang kalah dalam pertempuran tersebut. Sobana menulis, akibat kekalahan tersebut, Dipati Ukur yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Kota Bandung, memberontak kepada Mataram.

Pemberontakan itu berdampak pada seluruh Priangan (kecuali Sumedang), termasuk Galuh. Pascapemberontakan tersebut, tepatnya pada tahun 1630-an, Sultan Agung memecah wilayah Priangan dan Galuh ke dalam beberapa wilayah kecil.

Galuh sendiri dipecah menjadi beberapa pusat wilayah kecil yaitu Bojong Lopang yang dipimpin Dipati Kertabumi, Utama yang dipimpin oleh Sutamanggala, Imbanagara yang dipimpin oleh Adipati Jayanagara, dan Kawasen yang dipimpin oleh Bagus Sutapura.

Baca Juga: Begini Penampakan Sekda Kota Tasikmalaya Disandera, Aksi Mahasiswa Sempat Ricuh Saat Memaksa Ingin Masuk Hotel

Karena dinilai membantu menumpas pemberontakan Dipati Ukur, Bagus Sutapura diberi hadiah oleh Sultan Agung yakni diangkat sebagai Bupati di Kawasen. Tokoh lain yang mendapat hadiah serupa diantaranya Umbul Cihaurbeuti (Ki Astamanggala) yang diangkat menjadi Bupati Bandung bergelar Tumenggung Wiraangun-angun dan Umbul Sindangkasih (Ki Somahita) diangkat menjadi Bupati Parakan Mungcang (daerah antara Banjarsari-Padaherang) bergelar Tumenggung Tanubaya.

Sementara, pihak Mataram mencurigai Dipati Imbanagara berpihak pada Dipati Ukur. Karena tuduhan tersebut, ia dieksekusi mati pada tahun 1636. Kendati demikian, anaknya yang bernama Mas Bongsar diangkat menjadi bupati dengan gelar Adipati Jayanagara (1636-1678). Masyarakat mengenalnya pula dengan nama Raden Adipati Aria Panji Jayanagara.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x