Konversi Lahan Sawah ke Perumahan di Muktijaya Setu Bekasi Menuai Protes, Warga Keluhkan Debu dan Jalan Licin

- 15 April 2023, 11:55 WIB
Proyek pembangunan perumahan di Desa Muktijaya Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi Jawa Barat yang banyak dikeluhkan sebagian besar warga setempat.*/kabar-priangan.com/Adinda Galih Ariatna
Proyek pembangunan perumahan di Desa Muktijaya Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi Jawa Barat yang banyak dikeluhkan sebagian besar warga setempat.*/kabar-priangan.com/Adinda Galih Ariatna /

KABAR PRIANGAN - Program perumahan subsidi menjadi salah satu program dan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah untuk orang-orang yang sedang mencari hunian idaman yang terjangkau. Sebagai salah satu bagian dari kebutuhan hidup, rumah atau tempat tinggal menjadi prioritas untuk dimiliki.

Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR dijelaskan mengenai perumahan subsidi ini. "Rumah subsidi adalah rumah yang dibangun dengan harga terjangkau yang diperoleh melalui skema KPR, baik secara konvensional maupun dengan skema syariah".

Program perumahan subsidi menawarkan solusi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk memiliki hunian layak dengan harga terjangkau. Dengan program perumahan subsidi, masyarakat bisa beli hunian dengan harga terjangkau karena telah mendapatkan bantuan dari pemerintah yang tidak mengenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) layaknya rumah komersial.

Baca Juga: Tol Cimanggis Cibitung Segera Beroperasi, Hari Ini Pintu Tol Nagrak Kota Wisata Dibuka, Akses Tol JORR

Pembangunan rumah subsidi saat ini sudah mulai digalakan di berbagai wilayah bahkan hingga ke pelosok pelosok desa. Banyak sekali developer yang memilih desa transisi sebagai lokasi baru untuk pembangunan perumahan subsidi. Tak jarang pembebasan lahan pun terjadi dimana-mana, tidak sedikit pula rumah subsidi yang menggunakan lahan sawah sebagai lokasinya.

Seperti yang kita ketahui sawah memiliki banyak fungsi, sawah bagi lingkungan dapat dilihat dari fungsi sawah sebagai tempat hidup berbagai tumbuhan, tempat berkembang biak berbagai organisme hidup seperti cacing, berbagai serangga, burung, belut, ular, dan organisme lainnya. Sawah juga berperan dalam mencegah terjadinya banjir, erosi, maupun tanah longsor.

Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.

Baca Juga: Persib Bandung vs Persikabo: Prediksi Skor, Link Live Streaming, Statistik, Head to Head dan Line Up Pemain

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan dari sawah menjadi perumahan, diantaranya pemilik lahan yang memilih untuk menjual lahannya karena harganya sedang tinggi ada juga karna yang sedang membutuhkan uang, dan lain-lain. Kebutuhan tempat tinggal yang tinggi, lahan yang sangat strategis untuk dijadikan perumahan, ekonomi masyarakat juga berpengaruh terjadinya alih fungsi lahan. Perkembangan yang terjadi bisa dibilang begitu cepat dari tahun ke tahun.

Alih fungsi lahan 

Alih fungsi lahan sawah menjadi perumahan ini pun terjadi di Kampung Gaok Desa Muktijaya Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Salah satu Developer perumahan subsidi yang digadang-gadang sedang melakukan pembangunan besar-besaran, terbukti dengan sudah dibangunnya perumahan subsidi ke-1 hingga ke-7 dan lokasi perumahan di Kampung Gaok ini merupakan lokasi ke-8.

Lahan sawah yang luas di Kampung Gaok ini kerap di sebut dengan sebutan sawah kuru, kini tengah disulap menjadi perumahan. Tentunya sebelum proses pembangunan berlangsung, sawah kuru harus diuruk terlebih dahulu. Tak ayal lagi, banyak truk berlalu-lalang yang syarat dengan muatan tanah. Kampung Gaok seakan sedang mengalami gempuran truk pengangkut tanah, bagaikan transformer diantara rimbun nya dedaunan yang kini tak lagi hijau, menjadi merah dan coklat karena tebalnya debu.

Baca Juga: Wali Kota Bandung Yana Mulyana Kena OTT KPK, Diduga Terlibat Suap Pengadaan Barang dan Jasa

Terlebih memasuki musim yang tak menentu, terkadang hujan yang tak kunjung turun pun menjadi masalah baru bagi warga yang resah karena debu dari sisa tanah yang diangkut menghalangi pandangan mata. Bahkan beberapa anak mengalami sesak nafas dan batuk karena banyaknya intensitas mobil truk pengangkut tanah yang lalu lalang menyebabkan debu tanah itu sendiri berjatuhan bahkan tersapu angin.

Sebagian warga meminta untuk dilakukan penyiraman di jalan. Digadang mampu mengurai masalah malah menambah masalah baru karena jalan yang tadinya penuh tumpahan tanah merah pun menjadi licin karena tersirsm air. Imbasnya banyak pengendara motor yang tergelincir bahkan terjatuh karena licin nya medan jalan.

Seperti yang di rasakan oleh Rizal (20 tahun) warga Kampung Gaok. "Sekarang kalau mau keluar rumah itu males banget, kalau enggak debu ya licin, mending kalau enggak penting-penting banget diam saja di rumah," ujarnya, Sabtu 15 April 2023.

Baca Juga: Jadwal Acara Trans TV Sabtu 15 April 2023: Tonton Ramdan Itu Berkah, My Trip My Adventure dan Film Rogue

Begitu pula dengan Suryani (28 tahun) yang berjualan es di pinggir jalan. "Duh jalanan debu banget, sehari ini sudah 10 kali bersihin meja dagangan, enggak enak banget kalau jualan tapi tempatnya kotor, kesannya kayak kumuh, gimana nih kelanjutannya," ujarnya seraya berseloroh.

Begitulah setiap pembangunan pasti ada dampaknya, terlebih pembangunan lahan sawah ini bukan cerita lama lagi memang harus diuruk atau diratakan dahulu sebelum akhirnya dapat di bangun. Itu pun dengan konsekuensi yang panjang ke depannya, apakah airnya bisa dipakai bahkan diminum.

Belum ada keterangan dari pihak terkait mengenai berdebunya jalan jika kemarau dan licinnya jalan jika terkena air. Namun warga mendesak ke depannya ada perhatian lebih atau sosialisasi dari pihak terkait mengenai kondisi ini, termasuk berapa lama pembangunan akan berlangsung.***





Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah