Museum Batu Tulis Bogor Gunakan Arsitektur Majapahit, Arkeolog: Tak Mencerminkan Khas Kasundaan Pajajaran!

- 24 Juli 2023, 22:45 WIB
Desain awal Museum Bumi Ageung Batutulis (BABT) Bogor.*/Dok. Pemkot Bogor
Desain awal Museum Bumi Ageung Batutulis (BABT) Bogor.*/Dok. Pemkot Bogor /

Baca Juga: Resmi! Dipilih oleh Presiden Jokowi Jelang 17 Agustus, Ini Makna dan Filosofi Logo HUT ke-78 Kemerdekaan RI

Jika dilihat dari naskah-naskah Cirebon, seperti Babad Cirebon, Naskah Mertasinga, maupun Purwaka Caruban Nagari, jelas disebutkan bahwa Nyi Mas Tepasari, istri dari Sunan Gunung Jati, pendiri kesultanan Cirebon, adalah putra dari Ki Gedeng Tepasan, seorang pejabat Majapahit.

Selain itu, menantu Sunan Gunung Jati yang bernama Fatahillah (dikenal juga sebagai Kyai Fathullah) adalah seorang ulama dari Pasai Aceh yang hijrah ke Demak yang kemudian juga menjadi menantu Raden Patah, penguasa Demak.

Sepeninggal Sunan Gunung Jati, seiring berjalannya waktu dibawah kedua tokoh ini, Nyi Mas Tepasari dan Fatahillah orientasi kebudayaan Kesultanan Cirebon berkiblat pada kebudayaan Jawa. Tradisi Cirebon juga menyebutkan bahwa arsitek sitinggil KKC bernama Raden Sepat dari Demak, Jawa Tengah.

Baca Juga: Pondok Pinus Palutungan Kuningan, Tempat Wisata Hits yang Hadirkan Nuansa Liburan di Negeri Dongeng

Selain arsitektur sitinggil KKC dan arsitektur Majapahit, terdapat referensi lain yang disebutkan dalam desain BABT yaitu candi-candi Batujaya di Karawang, Jawa Barat, yang juga menggunakan bata merah, pada desain disebutkan bahwa candi-candi Batujaya bernafaskan Budhisme dan peninggalan Kerajaan Tarumanagara.

Jika merujuk kepada sejarah, semua prasasti dari abad ke-5 M yang ditinggalkan Kerajaan Tarumanagara adalah prasasti Hindu karena Tarumanagara adalah kerajaan Hindu yang mengagungkan Dewa Wisnu. Tidak ada satu pun prasasti Tarumanagara yang menyebutkan tentang agama Budha.

Meski hingga kini tidak ada satu pun prasasti yang menyebutkan siapa pendiri candi-candi Batujaya di Karawang, arkeolog senior Hasan Djafar menyebutkan candi-candi ini kemungkinan dibangun Kerajaan Sriwijaya yang terindikasi menyerang dan menguasai pantai utara Jawa Barat pada abad ke-7 hingga 10 M. Hal ini ia tuliskan dalam bukunya "Kompleks Percandian Batujaya: Rekonstruksi Sejarah Kebudayaan Daerah Pantai Utara Jawa Barat".

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah