“Jadi tak ada perbedaan matlak, tak ada perbedaan tanggal. Jika di Indonesia sudah masuk tanggal 1, maka seluruh dunia bisa mengikuti. Itu pendapat dari Imam Maliki,” kata Buya Yahya.
Kemudian pendapat Imam Syafi’i, ada perbedaa matlak, yaitu perbedaan keluarnya rembulan. “Jika sebuah wilayah terlihat rembulan yang berbeda, maka berbeda pula tanggal satunya,” kata Buya.
Baca Juga: Ditemukan Jejak Telapak Kaki Macan Kumbang di Pekarangan Rumah, Warga Cikupa Ciamis Resah
Jika di Indonesia sudah terlihat rembulan tanda 1 Ramadhan, kata Buya, maka berpuasalah bagi orang Indonesia. Tapi jika di daerah lain rembulan belum terlihat, maka belum boleh berpuasa
“Lalu puasanya kapan? Ya tunggu sampai terlihat rembulan. Ini Mazhab Imam Syafi’I,” kata Buya Yahya.
Jadi menurut mazhab Imam Syafi’I, mungkin saja terjadi perbedaa waktu tanggal 1 di Indonesia, di India, dan juga di Arab Saudi.
Baca Juga: Santri di Kota Tasikmalaya Tewas, Kesetrum Listrik Saat Perbaiki Pompa Air Kamar Mandi
Lalu kapan puasa Arafah? Buya Yahya menjelaskan bahwa Puasa Arafah adalah Puasa Tanggal 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan pelaksanaan wukuf jemaah haji di Arafah.
Nah, jika kita mau mengacu pada mazhab Imam Maliki, ketika di Arab Saudi sudah masuk 9 Dzulhijjah, maka kita semua bisa ikut puasa arafah, sesuai dengan waktu di Arab Saudi.
Sementara jika mau mengikuti Mazhab Imam Syafi’I, maka disesuaikan dengan kondisi hilal di tempat masing-masing.