Peringati HBII 2023, Singrancage Gelar Piala Duduh Durahman, Ini Profil 'Pembantu Khusus' HU Pikiran Rakyat

- 12 Februari 2023, 00:54 WIB
Duduh Durahman (kiri) dan Ajip Rosidi di Kantor Redaksi Mangle, Bandung, tahun 1999.*
Duduh Durahman (kiri) dan Ajip Rosidi di Kantor Redaksi Mangle, Bandung, tahun 1999.* /Dok. Buku Tapak Lacak Duduh Durahman/

KABAR PRIANGAN - Hari Bahasa Ibu Internasional (HBII) diperingati pada tanggal 21 Februari. Peringatan HBII merupakan program UNESCO untuk melestarikan bahasa daerah. Tahun ini, komunitas Singrancage, menyelenggarakan beberapa mata lomba untuk memperingati HBII 2023. Salah satunya lomba Filmisasi Piala Duduh Durahman.

Nama Duduh Durahman diabadikan dalam ajang tersebut sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi atas dedikasinya di bidang sastra Sunda dan film. Duduh Durahman biasa disebut dengan nama Abah Duduh merupakan sosok yang tidak asing di dunia perfilman, terutama kritik film. Ia mendapatkan beberapa penghargaan atas kinerjanya.

Dilansir Kabar-Priangan.com dari laman balaibahasajabar.kemendikbud.co.id, Duduh Durahman lahir di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, pada 26 Mei 1939 dan meninggal pada 1 September 2008 di Bandung. Ia dikenal memiliki wawasan yang luas, mampu menembus bidang-bidang lain di luar sastra Sunda.

Baca Juga: Kiprah (Almh) Ihat Husnul Hotimah, Pendiri Gilang Tiara, Pelopor PKBM di Kabupaten Bekasi Asal Ciamis

Abah Duduh adalah seorang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak tahun 1965 hingga 2000. Ia juga seorang aktor teater dan film, kritikus sastra dan film, redaktur, editor, penerjemah, dewan juri untuk berbagai kegiatan seni budaya, dan sebagainya.

Duduh juga merupakan salah satu juri di ajang Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun 1981 yang diselenggarakan di Surabaya. Ia juga merupakan anggota regu pengamat Forum Film Bandung (FFB) sejak didirikan pada tahun 1980.

Duduh sangat aktif menulis resensi film di Surat Kabar HU Pikiran Rakyat selama kurun waktu 1980-1990. Pimpinan harian tersebut mengakui keberadaan Duduh sebagai "pembantu khusus", sehingga ia mendapat kartu pers dan honor dasar bulanan.

Baca Juga: Alternatif Libur Akhir Pekan Keluarga, Menatap Mata Elang Lebih Dekat di Pusat Konservasi Elang Kamojang Garut

Duduh juga menulis kritik sastra Sunda yang terhimpun dalam buku Petingan (1983), Catetan Prosa (1987), dan Sastra Sunda Saulas Sausap (1991). Selain itu menyusun kumpulan cerpen yang pernah dimuat di Majalah Mangle selama 1960-1980 bersama Karno Kartadibrata dan Abdullah Mustappa yang berjudul Sawidak Carita Pondok (1982).

Duduh menyusun kumpulan cerpen Sunda Kanagan 1 (2003) dan Sunda Kanagan 2 (2008) bersama Tatang Sumarsono. Ia juga menulis fiksi yang berjudul Ajalna Sang Bentang Film (2006).

Selain menulis, mengumpulkan, dan membuat kritik karya sastra, Duduh rajin menerjemahkan sebuah karya. Salah satunya Perkara Lilin nu Dengdek karya Erle Stanley Gardner yang dimuat secara bersambung di Majalah Mangle (2008).

Baca Juga: Jadwal Pekan ke-24 BRI Liga 1 2022/2023: Suguhkan Big Match Persib vs PSM Makassar dan Persija vs Arema FC

Duduh adalah juri "abadi" di Lembaga Basa dan Sastra Sunda (LBSS) karena sejak ajang tersebut muncul sebagai hadiah sastra tahunan pada 1990, ia selalu menjadi anggota dewan juri bersama Wahyu Wibisana dan Etti RS.

Ia juga menjadi anggota dewan juri Anugerah Gubernur Jawa Barat 2008 untuk kategori penulis esay produktif. Namun hasil pemilihan ajang tersebut menuai kritik dari sejumlah masyarakat sastra karena pemenang lomba bukanlah penulis esay melainkan seorang penulis surat kabar daerah.

Duduh Durahman meraih banyak prestasi, diantaranya Juara Penulisan Kritik Film FFI 1989, Juara 1 Penulisan Kritik Film FFI 1990, dan juara kedua hadiah sastra LBSS untuk penulisan esay. Ia juga mendapat Piala Rancage tahun 1999 untuk kategori jasa, berkat kiprahnya dalam mengembangkan sastra Sunda.*



Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x